Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Dua tahun pasca gempa bumi yang mengguncang wilayah Rancakalong pada 2023, kondisi fasilitas pendidikan di SMA Negeri Rancakalong masih jauh dari kata ideal.
Sejumlah bangunan sekolah mengalami kerusakan dan hingga kini belum sepenuhnya pulih, menghambat kenyamanan proses belajar mengajar.
Melihat kondisi tersebut, Komisi V DPRD Provinsi Jawa Barat melakukan kunjungan lapangan ke SMAN Rancakalong. Kunjungan ini bertujuan memastikan keberlangsungan pendidikan di wilayah terdampak bencana serta meninjau kebutuhan sarana dan prasarana yang mendesak untuk diperbaiki.
Ketua Komisi V DPRD Jabar, Yomanius Untung, mengungkapkan keprihatinannya terhadap kondisi sekolah yang masih minim fasilitas. Ia menilai, penanganan pasca bencana di sektor pendidikan tidak boleh berhenti pada tahap tanggap darurat saja, melainkan harus berlanjut pada pemulihan jangka panjang.
“Kami datang untuk melihat langsung kondisi di lapangan. Banyak fasilitas sekolah yang rusak, mulai dari benteng yang roboh hingga ruang pembelajaran yang tidak lagi layak digunakan. Ini harus segera diakomodasi dalam perencanaan anggaran perubahan RKUA-PPAS Tahun 2025 agar siswa dan guru dapat beraktivitas dengan aman dan nyaman,” tegas Untung, Kamis (6/11/2025).
Kondisi pasca gempa ini membuat aktivitas belajar siswa SMAN Rancakalong berjalan dengan keterbatasan. Beberapa ruang kelas sementara digunakan bergantian, sementara fasilitas penunjang seperti laboratorium komputer masih jauh dari memadai.
Hal ini juga disampaikan oleh Anggota Komisi V DPRD Jabar, Zaini Shofari, yang menilai bahwa minimnya sarana pendidikan di wilayah terdampak bencana seperti Rancakalong mencerminkan belum optimalnya perhatian terhadap sektor pendidikan dasar dan menengah di daerah rawan bencana.
“Kami menyoroti kebutuhan fasilitas belajar, terutama laboratorium komputer yang belum memadai. Siswa di era digital seharusnya mendapatkan akses teknologi yang layak, namun di sini mereka masih harus belajar dengan sarana seadanya. Ini harus menjadi alarm bagi pemerintah agar tidak menunda pemulihan fasilitas pendidikan,” jelasnya.
Sementara itu, perwakilan SMAN Rancakalong, Suherman, mengungkapkan bahwa keterbatasan fasilitas pasca bencana sangat berdampak pada motivasi belajar siswa. Meskipun semangat guru dan siswa tetap tinggi, kondisi fisik bangunan dan peralatan belajar menjadi tantangan harian.
“Kami masih berjuang dengan kondisi terbatas. Ada bagian sekolah yang belum bisa digunakan karena retak dan tidak aman. Kehadiran DPRD Jabar memberi harapan baru bagi kami agar segera ada tindak lanjut untuk memperbaiki sarana yang rusak,” kata Suherman.
Minimnya fasilitas pendidikan pasca bencana di SMAN Rancakalong menjadi cerminan betapa pentingnya penanganan pemulihan infrastruktur pendidikan dilakukan secara cepat dan berkelanjutan. DPRD Jabar menegaskan komitmennya untuk memperjuangkan alokasi anggaran pemulihan sekolah terdampak bencana, agar tidak ada lagi siswa di Jawa Barat yang harus belajar di tengah keterbatasan.
“Sekolah adalah tempat mencetak generasi masa depan. Tidak seharusnya mereka belajar dengan rasa takut karena bangunan tak aman, atau tertinggal karena fasilitas tak memadai,” pungkasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement