Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekonomi Indonesia Diprediksi Naik Tipis ke 5,1%, Ekspor Masih Tertekan

Ekonomi Indonesia Diprediksi Naik Tipis ke 5,1%, Ekspor Masih Tertekan Kredit Foto: Antara/Hafidz Mubarak A
Warta Ekonomi, Jakarta -

Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada 2026 akan mencapai 5,1 persen, sedikit lebih tinggi dibandingkan estimasi 2025 sebesar 5 persen. Proyeksi itu didorong oleh peningkatan konsumsi rumah tangga, stabilitas inflasi, dan berlanjutnya belanja pemerintah untuk infrastruktur dan sosial.

Chief Economist Bank Mandiri Dian Ayu Yustina menjelaskan, proyeksi ekonomi tersebut mencerminkan tren pemulihan yang berkelanjutan meski global masih menghadapi ketidakpastian. 

“Kami melihat momentum pemulihan ekonomi tetap terjaga. Konsumsi domestik dan kebijakan fiskal akan menjadi motor utama pertumbuhan tahun depan,” ujarnya dalam paparannya bertajuk Mandiri Economic Outlook 2026, Senin (10/11/2025).

Baca Juga: Ekonomi Indonesia Tumbuh 5,04% di Kuartal III, Purbaya ungkap Berkat Sinergi Fiskal

Dian menuturkan, konsumsi rumah tangga yang tumbuh sekitar 5,2 persen akan menopang stabilitas ekonomi nasional. Faktor pendukungnya antara lain inflasi yang diperkirakan tetap terkendali di kisaran 2,8–3 persen dan penurunan suku bunga acuan secara bertahap pada paruh pertama 2026.

“Inflasi yang stabil dan prospek penurunan bunga memberi ruang bagi peningkatan daya beli. Kami memproyeksikan permintaan domestik tetap kuat, terutama pada kelompok menengah,” jelas Dian.

Selain itu, penyaluran kredit perbankan juga diprediksi meningkat antara 10–11 persen, seiring membaiknya iklim usaha dan konsumsi. Sektor perdagangan, konstruksi, dan transportasi diperkirakan menjadi penyumbang terbesar.

Meski prospek konsumsi positif, Bank Mandiri memperingatkan bahwa ekspor nonmigas akan tetap tertekan akibat perlambatan ekonomi Tiongkok dan permintaan global yang belum pulih penuh.

“Kinerja ekspor masih lemah karena harga komoditas menurun, terutama batu bara dan CPO. Hal ini menekan surplus neraca dagang yang selama ini menopang pertumbuhan,” kata Dian.

Baca Juga: Sektor Manufaktur Jadi Sumber Pertumbuhan Tertinggi Ekonomi Nasional

Sementara itu, investasi diperkirakan tumbuh moderat di kisaran 4,6–4,8 persen. Menurut Dian, investor masih menunggu kepastian arah kebijakan pemerintahan baru, terutama dalam bidang hilirisasi dan transisi energi.

Untuk menjaga momentum, Bank Mandiri menilai peran belanja pemerintah tetap krusial, terutama pada sektor infrastruktur, energi hijau, dan jaring pengaman sosial.

“Belanja pemerintah yang efektif akan menjadi penyeimbang di tengah pelemahan ekspor. Kami melihat proyek infrastruktur strategis tetap dilanjutkan,” katanya.

Dian menambahkan, sinergi kebijakan moneter dan fiskal akan menjadi faktor kunci. 

“Kestabilan makro harus dijaga, terutama agar defisit fiskal tetap di bawah 3 persen dan nilai tukar rupiah tidak tertekan lebih dalam,” ujarnya.

Dengan proyeksi pertumbuhan 5,1 persen, Bank Mandiri menilai perekonomian Indonesia masih memiliki ruang ekspansi di tengah perlambatan global. 

“Meski pertumbuhan global diprediksi hanya 2,9 persen, Indonesia masih mampu tumbuh di atas 5 persen berkat ketahanan konsumsi domestik,” kata Dian.

Ia menilai, prioritas ke depan adalah mempercepat reformasi struktural agar investasi produktif meningkat.

“Tantangan kita bukan hanya menjaga pertumbuhan, tapi memastikan pertumbuhan itu inklusif dan berkelanjutan,” pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: