Kredit Foto: BCA
“Keindahan motif tenun songket Melayu Sumatra Utara, serta kualitas tenun, menjadi alasan pemilihan lokasi pembinaan kali ini. Menggandeng para pakar dari Warlami, BCA berharap wawasan dan kesempatan mengembangkan tenun songket Melayu Sumatra Utara berwarna alam yang dibagikan kepada komunitas-komunitas penenun ini terus meluas. Dengan demikian, komunitas perajin di sini tak hanya sekadar mempertahankan tradisi tapi juga dapat bersaing di pasar lokal maupun global,” kata Hera.
Menurut Market Research Future (2025), nilai pasar pewarna alam dunia dapat mencapai US$7,2 miliar pada 2032 dengan estimasi pertumbuhan per tahun sekitar 8,5% sepanjang 2026-2033. Tren pasar yang semakin memperhitungkan dampak lingkungan dalam proses produksi menjadi pendorong utama popularitas pewarna alam.
Pembinaan di Sumatra Utara ini bukan yang pertama bagi BCA dalam hal dukungan terhadap pengembangan tradisi wastra warna alam Indonesia. BCA pernah menggelar program pembinaan serupa kepada sejumlah kelompok penenun dan pegiat wastra di Timor Tengah Selatan dan Sumba Timur, Nusa Tenggara Timur (NTT); serta di Baduy, Banten.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Editor: Ulya Hajar Dzakiah Yahya
Tag Terkait:
Advertisement