Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

MBG Disebut Kunci Dongkrak Kualitas SDM Sejak Dini

MBG Disebut Kunci Dongkrak Kualitas SDM Sejak Dini Kredit Foto: Biro Pers Sekretariat Presiden
Warta Ekonomi, Jakarta -

Program Makanan Bergizi Gratis (MBG) yang dijalankan pemerintah sejak 6 Januari 2025 dinilai berpotensi meningkatkan kualitas SDM Indonesia sejak dini.

Guru Besar Departemen Gizi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI), Prof Sandra Fikawati menyebut bahwa MBG tidak hanya menutup kesenjangan akses pangan, tetapi juga memperkuat fondasi kemampuan belajar dan perkembangan kognitif anak di seluruh wilayah, termasuk daerah 3T.

Menurut Prof. Fika, rendahnya daya saing Indonesia selama ini berkaitan dengan kurangnya perhatian terhadap pemenuhan gizi pada masa pertumbuhan.

“Dulu pertumbuhan (anak-anak -red) tidak dipikirkan, makanya kita kurang kompetitif (sumber daya manusianya -red), karena saat perkembangan fisik dan otak kita tidak pernah diberikan makanan bergizi. MBG ini peluang besar, dengan program ini daya saing kita bisa lebih baik, karena SDM kita sejak kecil sudah dipupuk,” ujarnya, Jakarta, Kamis (27/11/2025). 

Baca Juga: Dampak MBG Capai Rp900 Triliun, Ekonom Ungkap Potensinya

Ia menilai MBG mampu memperbaiki konsentrasi, kehadiran belajar, dan pertumbuhan kognitif anak, terutama di wilayah yang akses pangannya terbatas. Untuk itu, Prof. Fika mengajak seluruh pihak mendukung keberlanjutan program. “MBG ini kalau bisa jadi program yang berkelanjutan. Karena kalau program ini berhenti kita juga yang rugi. Oleh karena itu ini harus kita kawal,” tegasnya.

Penilaian tersebut sejalan dengan hasil penelitian mandiri yang dilakukan Pusat Kajian Gizi dan Kesehatan (PKGK) FKM UI sebelum MBG dijalankan. Simulasi pemberian makanan bergizi dilakukan pada 15 sekolah setingkat TK–SMP dan satu posyandu di Bekasi, Makassar, Padang, Mempawah, Sragen, dan Malang. Penelitian menunjukkan penurunan status gizi buruk dari 2% menjadi 0,5% serta gizi kurang dari 7,7% menjadi 6,4%. Dalam 15 minggu intervensi, berat badan anak naik rata-rata 2 kg dan tinggi badan meningkat 2,9 cm. Angka kecukupan gizi harian juga meningkat signifikan dari 69,9% menjadi 93,4%.

Baca Juga: Dapur MBG Wajib Higienis, BGN Dorong Sertifikasi Nasional

Selain pemberian makanan, siswa SD dalam penelitian tersebut menerima edukasi gizi. Pengetahuan, sikap, dan praktik mengenai gizi seimbang mengalami peningkatan, sehingga intervensi tidak hanya berdampak pada kondisi fisik, tetapi juga pemahaman anak mengenai kebutuhan nutrisi.

Prof. Fika menambahkan, pemerintah juga memperkuat MBG melalui pengembangan modul edukasi gizi oleh Badan Gizi Nasional (BGN) bersama lima perguruan tinggi negeri, termasuk UI. “Edukasi untuk memperkuat program MBG sedang disusun modulnya oleh BGN. Hal ini perlu karena anak-anak juga butuh tahu manfaat makanan yang dibagikan di sekolah, begitu juga dengan orang tua murid juga harus tahu,” katanya.

BGN bersama akademisi turut menyiapkan peningkatan kapasitas tenaga ahli melalui rencana pembukaan sertifikasi nutrisionis. Tenaga nutrisionis tersebut diharapkan dapat memastikan keamanan pangan, mengawasi asupan gizi, sekaligus berperan promotif melalui edukasi kepada masyarakat. “Sekarang kita juga sedang persiapan untuk membuka sertifikasi nutrisionis. Nutrisionis ini sifatnya nanti selain memastikan keamanan pangan, asupan gizi, juga bisa promotif, mengedukasi manfaatnya pemenuhan gizi ke masyarakat. SPPG nantinya perlu nutrisionis ini,” tutupnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Annisa Nurfitri

Advertisement

Bagikan Artikel: