Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tiga Tipe Anak Muda yang Doyan Jajan Tak Sadar Gerogoti Saldo

Tiga Tipe Anak Muda yang Doyan Jajan Tak Sadar Gerogoti Saldo Kredit Foto: Wafiyyah Amalyris K
Warta Ekonomi, Jakarta -

Jajan kini bukan sekadar aktivitas membeli makanan atau minuman. Ada unsur hiburan, pelarian sejenak dari penat, dan kadang juga simbol gaya hidup.

Ketika ditotal, angka pengeluaran jajan bisa membuat kamu kaget karena sering kali tidak tercatat dalam anggaran bulanan.

Banyak anak muda punya satu pola yang persis yaitu niat hemat di awal bulan tetapi mulai longgar di pertengahan, lalu panik menjelang tanggal gajian. Jajan sering menjadi biang keladi halus yang menggerogoti saldo. 

Kamu mungkin tidak sadar kalau satu minuman kekinian yang harganya sekitar dua puluh hingga tiga puluh ribu rupiah, jika dibeli tiga sampai empat kali seminggu, sudah menyumbang pengeluaran ratusan ribu dalam sebulan.

Bukan cuma minuman, ada kebutuhan hiburan kecil yang menyelinap. Kamu mampir jajan makanan ringan di minimarket, beli cemilan sambil nongkrong, add on topping, atau biaya ongkir yang sebenarnya bisa dihindari. 

Aktivitas kecil ini mengandung pola psikologis, kamu merasa sedang memberi hadiah kecil untuk diri sendiri setelah hari yang melelahkan. Ada sisi emosional yang membuat jajan menjadi rutinitas menyenangkan.

Dan berikut tiga tipe anak muda yang cukup sering ditemui di kota besar.

1. Daily snacker

Mereka hampir selalu jajan minuman atau makanan kecil setiap hari. Sekilas terlihat remeh tetapi kalau dihitung, satu jajan tiga puluh ribu per hari dikalikan tiga puluh hari berarti total sudah sembilan ratus ribu rupiah. Angka ini bahkan belum termasuk jajan tambahan di akhir pekan.

2. Weekend foodie

Mereka jarang jajan di hari kerja dan memilih fokus mengeluarkan uang di akhir pekan untuk makan enak atau nongkrong bareng teman. Biasanya sekali makan bisa menghabiskan sekitar enam puluh hingga seratus ribu rupiah. Jika dilakukan empat kali sebulan, pengeluarannya bisa mencapai tiga ratus hingga empat ratus ribu rupiah. Terasa lebih kecil tetapi tetap signifikan.

3. Kombinasi fleksibel 

Mereka tidak punya pola tetap tetapi mengikuti suasana hati. Kadang jajan setiap hari, kadang belanja makanan enak di akhir pekan. Pengeluaran tipe ini cenderung paling bervariasi karena berasal dari impulsif. Dalam sebulan, angka totalnya bisa menembus satu juta rupiah tanpa terasa.

Ketiga contoh ini menunjukkan bahwa biaya jajan bukan sekadar tentang makanan tetapi tentang kebiasaan, emosi, dan gaya hidup.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat

Advertisement

Bagikan Artikel: