Kredit Foto: Dok. Bumi Resources.
PT Bumi Resources Tbk (BUMI) mempercepat diversifikasi ke sektor mineral sebagai strategi menurunkan ketergantungan pada batu bara terma melalui ekspansi agresif dan sejumlah akuisisi yang sedang diselesaikan.
Direktur BUMI, Christopher Fong, menyatakan bahwa diversifikasi bukan agenda baru, melainkan proses yang telah berjalan beberapa tahun terakhir. Ia menyebut pendapatan non-batu bara mulai tercatat sejak 2024 meski porsinya baru 5% dari total pendapatan konsolidasi. Dengan perluasan portofolio, kontribusi tersebut ditargetkan meningkat menjadi 10% pada 2025.
“Sedangkan pada 2031 nanti, kami akan mencapai komposisi 50% antara pendapatan batubara dan non-batubara,” ujar Christopher, dalam paparan publik di Jakarta, Senin (1/12/2025).
Baca Juga: Pasar Oversupply, BUMI Targetkan Produksi Batu Bara 78 Juta Ton di 2026
BUMI memperkuat arah transformasi melalui kepemilikan penuh atas Wolfram Limited (WFL), perusahaan tambang tembaga dan emas di Australia. Akuisisi 100% rampung pada November 2025 setelah pembelian tambahan 400.670 saham senilai Rp2,21 miliar, melanjutkan aksi korporasi sebelumnya yang membuat BUMI menguasai 99,68% saham sejak awal Oktober.
Untuk mendanai ekspansi berikutnya, BUMI menerbitkan Obligasi Berkelanjutan I BUMI Tahap III Tahun 2025 senilai Rp780 miliar. Sekitar Rp340,88 miliar dari total dana obligasi dialokasikan untuk pembayaran akuisisi Jubilee Metals Limited, perusahaan tambang emas di Australia. Proses konsolidasi Jubilee sudah dimulai sejak awal 2025, dan BUMI menargetkan kepemilikan hingga 65% sesuai perjanjian awal.
“Sebab, fokus kami adalah mengupayakan tambang ini beroperasi sesuai rencana,” kata Direktur BUMI, Rio Supin.
Baca Juga: Aksi Berlanjut! UBS Group Borong 2,92 Miliar Saham BUMI
BUMI juga menambah eksposur mineral di dalam negeri. Sekitar Rp333,60 miliar dari dana obligasi digunakan sebagai uang muka akuisisi PT Laman Mining, perusahaan tambang bauksit di Kalimantan Barat. Rencana kepemilikan dibatasi hingga 45% sesuai kesepakatan awal.
Rio menjelaskan bahwa transaksi tahap awal menjadi prioritas, dan belum ada pembicaraan mengenai penambahan porsi kepemilikan. Fokus perseroan saat ini ialah menyelesaikan tahap pertama sebelum masuk proses berikutnya.
Manajemen menilai diversifikasi portofolio mineral sebagai langkah strategis untuk menata ulang struktur pendapatan jangka panjang, terutama di tengah volatilitas harga batu bara global. Transformasi ini diproyeksikan membuka ruang pertumbuhan baru dan memperluas sumber pendapatan di luar komoditas energi tradisional.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Uswah Hasanah
Editor: Annisa Nurfitri
Advertisement