Kredit Foto: Reuters/Yuri Gripas
Dana Moneter Internasional (IMF) merilis laporan baru yang menyoroti meningkatnya risiko dari adopsi stablecoin, menyusul perhatian internasional yang semakin besar terhadap aset digital berdenominasi mata uang real tersebut.
IMF menyatakan bahwa penggunaan stablecoin dalam skala luas dapat mengancam kedaulatan moneter dan stabilitas keuangan berbagai negara. Ia secara eksplisit menyebut bahwa situasi ini memperkuat argumen bagi pengembangan dari Central Bank Digital Currency (CBDC).
Baca Juga: Taiwan Bidik Peluncuran Stablecoin Lokal Pertama di 2026
“Substitusi mata uang yang difasilitasi oleh adopsi stablecoin akan mengganggu kedaulatan moneter dan kemampuan negara untuk menjalankan kontrol penuh atas mata uang serta kebijakan moneter,ˮ ungkap laporan dari Dana Moneter Internasional, dilansir Senin (8/12).
“Uang bank sentral tetap menjadi bentuk uang yang paling mendasar, likuid, dan tangguh, serta harus terus memainkan perannya," lanjutnya.
IMF juga memperingatkan bahwa dalam kondisi tertentu seperti penjualan aset besar-besaran (fire sales), bank sentral dapat terdorong untuk melakukan intervensi yang pada akhirnya berpotensi mengancam stabilitas sistem keuangan.
Selain risiko struktural, lembaga tersebut juga menyoroti lemahnya kepatuhan regulasi dalam industri kripto yang membuat stablecoin rentan disalahgunakan.
“Stablecoin dapat dieksploitasi untuk tujuan ilegal seperti pencucian uang dan pendanaan terorisme karena sifatnya yang pseudonim, biaya transaksi rendah dan kemudahan lintas batas,” kata laporan dari IMF.
Meski demikian, pihaknya mengakui bahwa keberadaan stablecoin telah memicu kompetisi yang menuntut pemerintah dan bank sentral meningkatkan kualitas kebijakan moneter mereka.
Baca Juga: Sony Bank Mau Luncurkan Stablecoin untuk Bayar Game dan Anime!
“Dalam hal ini, kehadiran stablecoin dapat dilihat sebagai elemen kompetitif yang mendorong pemerintah memperbaiki kebijakan untuk menghindari hilangnya otoritas moneter," tuturnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement