- Home
- /
- New Economy
- /
- CSR
IABC Indonesia Soroti Masa Depan Kepercayaan Publik di Era AI Lewat Konferensi Komunikasi Strategis 2025
Kredit Foto: IABC
Di tengah percepatan teknologi dan pesatnya adopsi kecerdasan buatan (AI) yang mengubah dinamika komunikasi global, International Association of Business Communicators (IABC) Indonesia mengangkat isu masa depan kepercayaan publik di era AI yang kian terancam oleh maraknya deepfakes.
Dalam gelaran IABC Indonesia Conference and Awards yang diselenggarakan rutin setiap tahun sejak 2022, fokus pembahasan kali ini ditekankan pada komunikasi strategis yang berlandaskan kepercayaan, nilai kemanusiaan, serta dampak digital, dengan melibatkan pembicara utama dari berbagai sektor pemerintahan, swasta, akademik, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas.
Elvera N. Makki, President IABC Indonesia dan Founder & CEO VMCS Communications and Social Impact menegaskan bahwa kepercayaan publik kini merupakan mata uang utama kepemimpinan modern.
"Dalam ekosistem digital, teknologi dapat mempercepat pesan, tetapi hanya kemanusiaan yang dapat memperdalam makna. Di era AI, komunikasi strategis tidak cukup hanya akurat, namun harus empatik, etis, dan berpihak pada hak asasi manusia," ujar Elvera.
Survei terbaru dari Boston University Communication Research Center pada 2025 menemukan bahwa empat dari lima orang mendukung adanya perlindungan ketat terhadap deepfakes berbasis AI di media sosial, dan mayoritas publik menginginkan platform media sosial bertanggungjawab lebih aktif dalam memoderasi minsinformasi tanpa harus bergantung penuh pada sensor pemerintah.
Temuan ini menegaskan bahwa isu kepercayaan publik di era AI bukan sekedar wacana, melainkan agenda strategis global.
Prof. Stella Christie, Wakil Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Riset (Dikti Saintek) RI saat hadir di IABC Indonesia Conference menyampaikan keynote speech di depan ratusan business communicators tentang pentingnya membangun pemikir digital yang berpusat pada manusia. Ia menekankan bahwa penyebaran hoaks yang masif terjadi di ranah digital harus terus dilawan melalui edukasi, riset, dan bukti empiris, agar berbagai tantangan akurasi informasi dan komunikasi di Indonesia dapat ditumpas secara signifikan.
"Hoaks merupakan ancaman yang sangat besar dan salah satu yang paling serius di Indonesia. Ajang IABC Indonesia Conference ini merupakan saat yang tepat untuk kita bicarakan bersama," kata Stella.
Pertama, tegasnya, mengapa orang-orang menyebarkan hoaks, termasuk kita mungkin salah satunya yang pernah melakukannya. Kedua, dari jawaban pertama, lalu tindakan apa yang dapat kita lakukan untuk mengatasi hal ini, karena ini adalah masalah besar.
"Lebih dari 1.100 pakar dari 136 negara menempatkan misinformasi dan disinformasi sebagai salah satu ancaman paling serius saat ini. AI mempermudah pembuatan berita hoaks, dan dalam satu tahun terakhir, penyebaran informasi palsu dengan teknologi AI meningkat hingga 2x lipat dalam satu tahun terakhir," ungkap Prof. Stella.
Terdapat empat alasan mengapa percaya hoaks, yang dijabarkan satu-persatu oleh beliau dalam forum ini, yaitu dilihat dari sisi political partisanship, cognitive reflection, prior knowledge, dan heuristic.
“Fast-checking adalah tindakan yang selama ini kita lakukan untuk mengentaskan hoaks. Namun terdapat solusi perilaku yang patut dilakukan, yaitu solusi proaktif "prebunking", accuracy nudge, solusi sistemik wisdom of crowd, dan solusi jangka panjang, yaitu edukasi," papar Prof. Stella.
"Masalah inti model bisnis berbagai platform media sosial adalah memonetisasi perhatian, dimana algoritma dirancang untuk memaksimalkan engagement, bukan akurasi," tambahnya.
Baca Juga: Agrinesia Masuk Top 10 IABC 2025, Sabet 5 Penghargaan Bergengsi
Melanjutkan sesi Prof. Stella, Dr. Ir. Emil Elestianto Dardak, Wakil Gubernur Jawa Timur, yang juga hadir menyampaikan keynote speech menekankan tantangan terbesar komunikasi saat ini adalah framing di ruang digital. Informasi bisa saja faktual, namun ketika dibingkai berbeda, persepsinya dapat berubah dan berdampak negatif pada organisasi maupun brand.
Framing yang dilakukan secara cepat untuk kepentingan engagement di media sosial tanpa verifikasi, mengorbankan banyak pihak, tak hanya politisi dan pejabat publik, namun juga dunia usaha, bahkan hingga UMKM. Karena itu, ujarnya, kita harus waspada dan sangat berhati-hati dalam merespons dinamika ini.
"Realita yang kita hadapi sekarang tentang framing, sangat kontekstual dengan tema konferensi ini, yaitu Strategic Communications at the Heart of Trust, Humanity, and Digital Impact. Nyambung banget. Saat kita ingin meraih kepercayaan namun tidak paham cara menciptakan dampak secara digital, maka upaya tersebut sulit tercapai. Kita harus bisa mengantisipasi derasnya hoaks dan framing, dengan kesigapan, namun juga hati-hati," tambahnya lagi.
Berbicara mengenai humanity atau kemanusiaan, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, Sp.PD-KEMD, Ph.D, Wakil Menteri Kesehatan, RI yang turut hadir sebagai keynote speaker menyatakan pentingnya komunikasi kesehatan dalam membangun kepercayaan publik untuk hidup yang lebih baik.
"Kepercayaan adalah aset yang paling berharga di dalam dunia kesehatan sekaligus yang paling rapuh. Untuk itu, pembenahan perlu dilakukan di semua sektor di bidang kesehatan. Kementerian Kesehatan terus memperkuat komunikasi publik yang transparan, mudah dipahami serta menyentuh hati masyarakat karena perubahan sistem pola hidup tidak bisa seperti membalik tangan, sebelum tersentuh hatinya. Karena itu, saya menyambut baik tema yang diselenggarakan IABC untuk mengangkat topik komunikasi di bidang kesehatan," ujar Dante.
Lanjutnya, komunikasi tidak hanya membutuhkan penyajian data yang akurat, namun dibutuhkan empati dan kisah nyata dari berbagai sumber lapisan masyarakat, terutama bagi yang sedang berjuang di pelosok terpencil Indonesia. Kemampuan mengubah statistik menjadi cerita dan empati, itulah hal yang paling esensial untuk diperankan sektor komunikasi publik, terutama komunikasi digital,
"Saya menyampaikan apresiasi sebesar-besarnya terhadap IABC yang telah membangun komunikasi kesehatan, yang tidak hanya akan terbatas di ruang ini, namun dapat menjangkau ruang publik yang lebih luas," ujar Prof. dr. Dante.
Sementara itu Bank Mandiri melihat penguatan inovasi digital sebagai bagian dari upaya menjaga stabilitas dan mendorong akselerasi ekonomi nasional.
Dengan mengintegrasikan prinsip ESG ke dalam pengembangan layanan, Bank Mandiri membangun ekosistem finansial yang lebih efisien, inklusif, dan adaptif terhadap dinamika ekonomi, sekaligus memperluas akses layanan keuangan bagi rumah tangga, UMKM, dan sektor produktif yang menjadi pendorong pertumbuhan PDB.
Pemanfaatan teknologi untuk literasi, transparansi transaksi, dan mitigasi risiko juga mendukung kebijakan pemerintah dalam memperkuat stabilitas sistem keuangan di tengah ketidakpastian global, sehingga inovasi digital dapat memberikan multiplier effect bagi keberlanjutan ekonomi jangka Panjang.
"Membangun kepercayaan di era digital dimulai dengan menempatkan kemanusiaan sebagai inti dari setiap inovasi. Dengan mengadopsi prinsip-prinsip ESG dalam praktik bisnis kami, Bank Mandiri terus berkembang dalam menciptakan dampak digital yang memberdayakan masyarakat, memperkuat komunitas, dan menjaga keberlanjutan masa depan bersama," ujar Senior Vice President Environmental, Social & Governance Bank Mandiri Monica Yoanita Octavia.
Baca Juga: IABC Indonesia Bahas Cara Baru Bangun Kepercayaan di Era Digital
Abdullah Fahmi, VP Corporate Communication & Social Responsibility, Telkomsel Indonesia, menekankan "Transformasi digital tidak cukup hanya dengan jaringan yang kuat. Kita memerlukan komunikasi yang bertanggung jawab untuk memastikan setiap langkah menuju keberlanjutan dimengerti, diterima, dan dijaga. Sebagai komunikator, kita membangun kepercayaan yang memungkinkan teknologi memberi dampak positif nyata bagi seluruh bangsa.".
Sementara Danone Indonesia berhasil mendefiniskan ulang dampak komunikasi terhadap keberlanjutan bisnis.
"Rahasia formula komunikasi yang berdampak adalah empati, baik saat melindungi maupun promosi. Di Danone Indonesia, kami berbicara dengan bahasa audiens yang kami tuju, memastikan pemahaman yang membentuk persepsi publik yang positif, dan pada akhirnya, komunikasi yang memperkuat keberlanjutan bisnis,” ujar Arif Mujahidin, Corporate Communication, Danone Indonesia.
Dalam menggawangi tren komunikasi untuk tahun 2026, Elvera menutup IABC Indonesia Conference dan Awards dengan membagikan pesan kunci bagi profesional komunikasi di tanah air.
"Ketika survei dunia menunjukkan publik mulai meragukan apa yang mereka lihat dan dengar, tugas komunikator adalah memulihkan kepercayaan dengan transparansi, integritas, dan keberanian mengakui keterbatasan. Humanity adalah kompasnya. AI mungkin mempercepat dunia, tetapi hanya humanity yang dapat menstabilkannya," ujar Arif.
"Ke depan, komunikator Indonesia perlu berdiri di garis depan yang menghubungkan data dengan empati, teknologi dengan etika, dan inovasi dengan tanggung jawab sosial. Komunikasi yang berakar pada kepercayaan, kemanusiaan, dan dampak digital adalah fondasi kepemimpinan yang diharapkan mampu menginspirasi tindakan," tambahnya.
Dengan semakin kompleksnya tantangan digital, IABC Indonesia menegaskan komitmennya untuk menjadi rumah bagi para komunikator yang ingin memimpin dengan etika, empati, dan dampak nyata bagi masyarakat.
IABC merupakan asosiasi yang menjadi salah satu barometer untuk tren komunikasi dunia, berkantor pusat di Chicago, Illinois, Amerika Serikat, dan menaungi lebih dari 100 chapters di 80 negara, termasuk di Indonesia.
Keanggotaan IABC Indonesia beroperasi di bawah payung Perkumpulan Komunikasi Internasional Indonesia yang aktif sejak 2019. Dengan lebih dari 1000 anggota komunitas Indonesia, berbagai program yang dilaksanakan memberikan wawasan, pengetahuan, dan akses jejaring profesional, serta program mentorship, pemberian penghargaan, dan sertifikasi profesi di bidang komunikasi berskala internasional.
Untuk bergabung dengan komunitas ini, dapat mengunjungi www.iabcindonesia.com dan jejaring profesional di Linkedin, serta Instagram @iabcindonesia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Advertisement