Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Penjualan Mobil di Thailand Juga Melorot Imbas Utang Rumah Tangga yang Tinggi

Penjualan Mobil di Thailand Juga Melorot Imbas Utang Rumah Tangga yang Tinggi Kredit Foto: Ist
Warta Ekonomi, Jakarta -

Industri kendaraan listrik baterai (BEV) Thailand diprediksi akan mengalami percepatan pada tahun 2026 seiring Hyundai Mobility Thailand bersiap meluncurkan BEV rakitan lokal.

Thailand memang berambisi menjadi pusat ekspor regional dan Hyundai Mobility Thailand telah menyelesaikan pembangunan pabrik perakitan baru di Samut Prakan.

Fasilitas ini memiliki kapasitas produksi tahunan 5.000 unit dan diharapkan mulai memproduksi BEV pada tahun 2026.

Sementara itu, pabrik baterai pendukung sedang dalam pengembangan, dijadwalkan selesai pada April 2026. Investasi gabungan di kedua pabrik tersebut mencapai 1 miliar baht, kata Wallop Chalermvongsavej, direktur pelaksana Hyundai Mobility Thailand.

Proyek ini didukung oleh Badan Investasi Thailand di bawah paket insentif EV3.5 pemerintah, yang menawarkan subsidi dan pengurangan pajak kepada produsen mobil yang berinvestasi dalam produksi kendaraan listrik (EV) lokal.

Federasi Industri Thailand melaporkan produksi BEV melonjak 461% dari tahun ke tahun menjadi 41.183 unit antara Januari dan September 2025, yang menyumbang hampir 4% dari total produksi mobil.

"Hyundai memposisikan Thailand sebagai pusat ekspor BEV-nya," kata Wallop.

Ia memperkirakan penjualan mobil domestik pada tahun 2025 mencapai 600.000 unit, dengan BEV melampaui 100.000 unit karena produsen mobil global mengintensifkan kampanye pemasaran.

Diakuinya, memang penjualan Hyundai di Thailand tidak mencapai ekspektasi. Selama 11 bulan pertama tahun 2025, perusahaan menjual 1.800-1.900 kendaraan, dengan proyeksi penjualan setahun penuh sebesar 2.300 unit atau penurunan 35% dari target.

Daya beli konsumen yang lemah dan kriteria ketat bank dalam memberikan pinjaman mobil di tengah tingginya tingkat utang rumah tangga merupakan faktor utama yang memperlambat penjualan mobil domestik.

Ia mendesak pemerintah untuk mengurangi bea impor, khususnya pada kendaraan tujuh tempat duduk yang saat ini dikenakan pajak 80% dan model 11 tempat duduk yang dikenakan pajak 32%.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Amry Nur Hidayat

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: