Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pertamina International Shipping Raih Penghargaan Pengelolaan Risiko Terbaik Logistik Maritim

Pertamina International Shipping Raih Penghargaan Pengelolaan Risiko Terbaik Logistik Maritim Kredit Foto: Istimewa
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Pertamina International Shipping (PIS) berhasil menorehkan prestasi gemilang dengan meraih penghargaan Best Risk Management for Marine Logistics dari Forum Energy and Mining Editor Society (E2S).

Penghargaan ini disematkan di Jakarta, Rabu (10/12/2025), sebagai pengakuan atas kinerja apik PIS dalam mengelola manajemen risiko. Pengelolaan risiko yang prima ini memastikan operasional perusahaan tetap berjalan optimal di tengah tantangan bisnis yang kian kompleks.

Ketua Panitia E2S Energy Update 2025, Lili Hermawan, menyampaikan harapan bahwa apresiasi ini akan menjadi pendorong bagi PIS untuk terus melesat. Lili Hermawan berharap, melalui apresiasi ini, kinerja PIS ke depan semakin trengginas dan kompetitif.

Baca Juga: PIS Perkuat Tata Kelola Risiko Hadapi Geopolitik dan Ancaman Siber

"Kami berharap apresiasi ini dapat mendorong PIS untuk terus berkiprah di bisnis marine logistics yang pertumbuhannya sangat menjanjikan,” tutur Lili Hermawan.

Pentingnya penerapan manajemen risiko bagi perusahaan di sektor energi memang menjadi perhatian serius, bahkan di tingkat pemerintah. Sekretaris Jendral Migas Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Rizwi, menekankan bahwa perusahaan-perusahaan di Indonesia sangat memahami hal ini dan menganggap penerapan manajemen risiko sebagai isu krusial.

"Pentingnya mitigasi yang dapat membahayakan operasi di bidang energi. Kemajuan di bidang Sistem Informasi sejalan dengan munculnya resiko-resiko baru di sektor energi," kata Riskwi.

Untuk menjawab tantangan risiko yang semakin kompleks, PIS telah mengadopsi beragam strategi. Strategi ini berbasis identifikasi dan penilaian risiko komprehensif untuk seluruh proses bisnis, mencakup operasional harian hingga proyek investasi.

Baca Juga: PIS Siagakan 332 Kapal Tanker, Jaga Pasokan BBM & LPG Aman Selama Nataru 2026

VP Risk Strategy & Governance PIS, Nico Dhamora, menjelaskan transformasi yang telah dilakukan perusahaan. Ia mengungkapkan bahwa PIS telah melakukan perubahan mendasar dalam manajemen risiko, dari fungsi pendukung menjadi penggerak strategis. Perubahan ini didukung oleh penguatan tata kelola, Structural Oversight, Business Continuity, Technology & Digitalization, dan Risk Culture.

Nico secara khusus menyoroti aspek budaya dalam manajemen risiko. Menurutnya, perusahaan perlu menumbuhkan kesadaran kolektif yang esensial dalam menghadapi situasi krisis.

"Dalam aspek budaya (culture), yang ingin kami tekankan adalah pentingnya menumbuhkan kesadaran untuk dapat mengambil tindakan secara cepat dan akurat dalam mengendalikan krisis dan risiko disrupsi terhadap keberlangsungan bisnis yang sering kali situasi tersebut justru menimbulkan kepanikan," ujar Nico dalam E2S Energy Update 2026 bertajuk Anticipating Business Risk Secure Growth in the Energy and Mineral Resources Sector di Jakarta, Selasa (10/12/2025).

Baca Juga: Harga Minyak Turun Tipis, Investor Khawatirkan Pasokan Lebih Besar

Oleh karena itu, ia melanjutkan, PIS menerapkan budaya organisasi yang memastikan setiap fungsi berperan aktif. "Diperlukan budaya organisasi yang memastikan bahwa setiap fungsi secara proaktif berperan dalam rangka pencegahan dan penanganan insiden secara cepat, tepat, dan terstruktur," jelasnya.

Nico juga menambahkan bahwa PIS memiliki karakteristik yang berbeda dalam pemanfaatan digitalisasi. Perusahaan tidak hanya menggunakan teknologi untuk menampilkan data. Digitalisasi di PIS berfungsi ganda, termasuk sebagai sistem peringatan dini.

"Pemanfaatan digitalisasi di PIS tidak hanya berfungsi untuk menampilkan data operasional, tetapi juga berperan sebagai early warning system yang memberikan sinyal dini sebagai pertimbangan dalam mengambil keputusan," papar Nico.

Mengingat armada PIS beroperasi secara global, kemampuan pemantauan yang akurat menjadi sangat penting. "Dengan armada yang beroperasi baik di dalam maupun di luar wilayah Indonesia, kemampuan untuk memantau secara akurat posisi kapal serta memahami kondisi rekan-rekan di laut menjadi sangat krusial. Melalui sistem digital yang terintegrasi, pengambilan keputusan dapat dilakukan berbasis risiko dan bukan semata-mata intuisi," tegas Nico.

Baca Juga: Momentum HUT Pertamina ke-68, Dirut Pertamina Kawal Misi Kemanusiaan di Aceh

Keberhasilan manajemen risiko PIS ini semakin diakui oleh berbagai pihak, salah satunya dengan diraihnya penghargaan E2S Award. PIS dinilai telah menempatkan manajemen risiko sebagai komponen utama yang dijalankan dalam roda bisnis operasional perusahaan.

Manajemen risiko di PIS tidak hanya melibatkan upaya internal, tetapi juga kolaborasi dengan berbagai pihak eksternal. PIS terus menjalin komunikasi dengan regulator, pemangku kepentingan, pemasok, dan klien guna memastikan seluruh tahap operasional memenuhi standar nasional maupun internasional. Nico menekankan pentingnya sinergi ini.
"Fungsi manajemen risiko harus secara proaktif membangun koordinasi dan komunikasi dua arah dengan seluruh pemangku kepentingan," tegasnya.

Menurut Nico, efisiensi hanya dapat dicapai melalui kerja sama yang kuat.
"Efisiensi, baik dalam aspek operasional maupun proyek investasi, hanya dapat dicapai apabila terdapat kolaborasi yang solid dan komunikasi yang efektif. Melalui pendekatan tersebut, organisasi dapat memastikan bahwa setiap keputusan diambil dengan tepat," jabarnya.

Baca Juga: Pertamina Patra Niaga Perluas Akses, E-Voucher MyPertamina Kini Bisa Dibeli di 23.500 Gerai Indomaret Seluruh Indonesia

Nico menandaskan bahwa manajemen risiko berperan strategis untuk mengawal pencapaian target-target perusahaan dengan pengelolaan risiko yang komprehensif. Perusahaan harus memastikan seluruh risiko terkelola dengan baik agar tidak menimbulkan kerugian.

"Kita harus memastikan bahwa seluruh risk event telah diidentifikasi dengan jelas sehingga tidak menimbulkan loss atau kerugian baik dari aspek safety, bisnis, dan reputasi. Selain itu, penting untuk memastikan bahwa proses bisnis yang dijalankan tidak menciptakan risiko baru bagi organisasi," tutup Nico.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: