- Home
- /
- New Economy
- /
- Energi
Kilang Balikpapan Miliki Tangki Raksasa 1 Juta Barel dan SPM Baru, Efisiensi Logistik Crude Oil Melesat
Kredit Foto: PT Kilang Pertamina Internasional
PT Kilang Pertamina Internasional (KPI) melalui anak usahanya PT Kilang Pertamina Balikpapan (KPB) telah menyelesaikan pembangunan infrastruktur logistik minyak mentah raksasa di Terminal Lawe-Lawe. Infrastruktur yang rampung ini mencakup dua unit tangki raksasa—masing-masing berkapasitas 1 juta barel—dan satu unit fasilitas Single Point Mooring (SPM) baru beserta jalur perpipaan penunjangnya.
Pjs. Corporate Secretary KPI, Milla Suciyani, mengatakan bahwa beroperasinya fasilitas tersebut memberikan dampak signifikan pada kegiatan operasional kilang, terutama dalam mengefisienkan biaya logistik pengiriman crude oil (minyak mentah).
"Keberadaan tangki ini memungkinkan pengelolaan inventori minyak mentah yang lebih fleksibel dan terintegrasi dengan kilang Balikpapan," ujar Milla dalam keterangan resmi, Jumat (12/12/2025).
Tangki Raksasa Lawe-Lawe, yang dibangun sejak Oktober 2019 dan rampung pada Desember 2024, kini diklaim menjadi tangki penyimpanan minyak mentah terbesar di Asia Tenggara.
Baca Juga: Kilang Pertamina: RDMP Balikpapan Akan Jadi Solusi Kebutuhan Energi di Indonesia
Pembangunan ini bertujuan untuk memperkuat ketahanan energi nasional dan menopang proyek Refinery Development Master Plan (RDMP) Balikpapan, yang meningkatkan kapasitas pengolahan minyak mentah Kilang Balikpapan dari 260 ribu barel menjadi 360 ribu barel per hari.
SPM dan Pipa Berdiameter Besar Jadi Kunci Efisiensi
Efisiensi logistik ini didukung penuh oleh fasilitas Single Point Mooring (SPM) baru yang bertindak sebagai dermaga apung di tengah laut untuk pintu masuk minyak mentah. SPM baru ini memiliki kapasitas mencapai 320.000 deadweight tonnage (DWT), jauh lebih besar dari SPM lama yang hanya berkapasitas 150.000 DWT.
“Ini memungkinkan kapal tanker jenis Very Large Crude Carrier (VLCC), berlabuh dan mengalirkan minyak mentah,” kata Milla.
Dengan kemampuan pengiriman dalam skala besar tersebut, biaya logistik pengiriman minyak mentah dapat dihemat secara substansial.
Selain SPM dan tangki raksasa, sistem ini didukung oleh pemasangan dua jalur pipa berdiameter besar, yaitu jalur pipa 52 inci untuk Crude Receiving dan jalur pipa 20 inci untuk Crude Transfer.
Baca Juga: Hadapi Nataru, Kilang Pertamina Naikkan Produksi di Akhir Tahun
"Diameter pipa yang lebih besar membuat volume aliran yang lebih tinggi dalam waktu yang lebih singkat, sehingga mempercepat seluruh proses logistik," tambah Milla.
Infrastruktur pipa tersebut, termasuk pipa 52 inci sepanjang 20,2 kilometer yang membentang dari fasilitas SPM menuju tangki, secara drastis meningkatkan kapasitas sistem penerimaan dan transfer minyak mentah.
Mengurangi Demurrage dan Waktu Tunggu Kapal
Milla Suciyani menjelaskan, peningkatan kemampuan sistem logistik ini berdampak langsung pada operasional kapal. Dengan sistem pengaliran dan penerimaan yang lebih besar dan cepat, kapal tanker tidak perlu lagi menunggu lama untuk bongkar muat.
Hal ini secara otomatis menurunkan biaya demurrage (biaya tunggu kapal) dan meningkatkan produktivitas bongkar minyak mentah.
"Tangki raksasa Lawe-Lawe bukan hanya simbol kekuatan infrastruktur, tetapi juga representasi nyata dari transformasi energi Indonesia menuju masa depan yang lebih mandiri dan kompetitif. Ini sekaligus jadi simbol nyata dari komitmen KPI dalam membangun sistem energi nasional yang tangguh, efisien, dan berkelanjutan,” tutup Milla.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo
Tag Terkait:
Advertisement