- Home
- /
- EkBis
- /
- Infrastruktur
KAPPI Dorong Transformasi Hulu Kopi Sebagai Fondasi Utama untuk Atasi Stagnasi Produksi dan Kemiskinan Desa
Kredit Foto: Istimewa
Produksi kopi di Indonesia selama lima tahun terakhir menunjukkan kecenderungan stagnasi, berkisar antara 750 hingga 820 ribu ton. Di saat yang sama, wilayah pedesaan penghasil kopi, mencakup daerah di Jawa Timur, Sumatera, dan Sulawesi, masih bergulat dengan tingkat kemiskinan yang cukup tinggi.
Situasi ini mengindikasikan bahwa potensi besar kopi Indonesia belum sepenuhnya terealisasi sebagai sumber kesejahteraan yang merata. Melalui berbagai forum diskusi lintas-sektor yang melibatkan pemerintah, akademisi, dan pelaku industri, telah timbul kesepahaman bersama bahwa transformasi pada sektor hulu kopi merupakan fondasi utama untuk memperkuat daya saing sekaligus meningkatkan pendapatan para petani.
Oleh karena itu, penguatan praktik budidaya, perbaikan kualitas pasca panen, penyediaan akses terhadap teknologi iklim, serta modernisasi desa kopi dianggap perlu dilaksanakan secara lebih terstruktur dan terencana.
Baca Juga: KAPPI Gelar Jamboree Petani Kopi di Lampung, Dorong Petani Produksi Robusta 3 Ton per Hektare
Dalam peranannya memperkuat kapasitas hulu, KAPPI (Yayasan Pendidikan Pengembangan Perkopian Indonesia) selama beberapa tahun terakhir telah menjalankan pendampingan di berbagai wilayah. Roby Wibisono, yang mewakili KAPPI, menyampaikan bahwa mereka mengamati adanya peningkatan kualitas dan nilai tambah yang signifikan ketika petani menerima pelatihan teknis yang sesuai.
“Pendidikan teknis ditingkat petani berpengaruh langsung terhadap kualitas dan nilai tambah. Kami melihat bahwa pengetahuan hulu adalah elemen kunci agar ekonomi desa dapat bertumbuh dari kopi,” ungkap Roby pada Jumat (12/12).
Roby menambahkan bahwa pemahaman petani terhadap panen selektif, proses fermentasi yang terukur dan pentingnya traceability terbukti mengubah posisi tawar petani dalam rantai nilai.
“Begitu petani memahami pentingnya kualitas, panen selektif, dan traceability, mereka tidak lagi berada diujung terlemah rantai nilai. Desa memperoleh porsi ekonomi yang lebih besar dan kopi menjadi benar-benar berperan dalam peningkatan kesejahteraan,” lanjut Roby.
Pandangan KAPPI sejalan dengan arahan pemerintah. Wakil Kepala BP Taskin, Iwan Sumule, menegaskan bahwa industrialisasi kopi berbasis desa penting untuk memastikan bahwa nilai tambah tidak berhenti di tingkat pedagang perantara.
“Nilai tambah harus tinggal di desa. Jika itu tercapai, kopi bisa menjadi instrumen pembebasan sosial,” ujarnya.
Dari sisi akademisi, Universitas Jember dan sejumlah perguruan tinggi melihat bahwa riset, inovasi dan pendekatan berbasis data diperlukan untuk memperkuat budidaya dan mengembangkan komoditas kopi rakyat.
Dalam kolaborasi ini, KAPPI memposisikan diri sebagai mitra pendidikan dan pengembangan SDM perkopian. Program pelatihan, pendampingan pasca panen, penguatan kompetensi barista hingga transfer pengetahuan tentang standar kualitas global telah menjadi bagian dari komitmen KAPPI untuk mendorong produktivitas dan daya saing hulu.
Minimnya regenerasi petani juga menjadi perhatian banyak pihak. Dengan mayoritas petani berusia diatas 45 tahun dan keterlibatan generasi muda yang masih terbatas, risiko menurunnya inovasi dan produktivitas dalam jangka panjang semakin nyata.
Untuk menjawab tantangan ini, KAPPI mengembangkan program pendidikan, kompetisi serta youth empowerment yang bertujuan mengenalkan kopi sebagai industri masa depan yang memiliki prospek ekonomi kuat. Dengan memberikan akses pengetahuan dan ruang berkreasi, generasi muda diharapkan dapat mengambil peran lebih besar dalam pengembangan kopi nasional.
Seiring meningkatnya konsumsi kopi di Asia terutama Tiongkok, Indonesia memiliki peluang besar untuk memperluas pasar premium. Permintaan untuk specialty coffee, sustainable coffee dan produk berbasis origin semakin tinggi di kawasan tersebut.
Indonesia juga memiliki lebih dari 50 kopi berindikasi geografis (GI). Jika dikelola dengan baik, GI dapat menjadi strategi ekonomi desa untuk meningkatkan harga jual, memperkuat identitas origin serta memperluas peluang ekspor.
KAPPI turut mendampingi sejumlah desa untuk memanfaatkan GI sebagai instrumen peningkatan nilai tambah di tingkat lokal.
Wilayah Tapal Kuda di Jawa Timur menjadi salah satu kawasan yang sering disebut dalam berbagai diskusi karena memiliki potensi kopi besar namun memerlukan penguatan kapasitas, akses teknologi serta perluasan pasar. Banyak pihak memandang kawasan ini sebagai contoh bagaimana ekosistem kolaboratif antara pemerintah, akademisi dan lembaga seperti KAPPI dapat menjadi model kebangkitan ekonomi berbasis kopi.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement