85 Persen Tenaga Kerja Lulusan SMA, Menaker Ajak Alumni ITB Turun Tangan Siapkan SDM Unggul
Kredit Foto: Rahmat Saepulloh
Tantangan dunia kerja yang kian kompleks di tengah transformasi digital, hijau, dan kecerdasan buatan mendorong perlunya kolaborasi lintas sektor.
Hal inilah yang menjadi sorotan utama dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Pengurus Pusat Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (IA PP ITB) yang digelar di Auditorium Kementerian Pendidikan Tinggi (Kemendikti), Sabtu (13/12/2025), dengan menghadirkan Menteri Ketenagakerjaan Yassierli sebagai keynote speaker.
Yassierli mengungkapkan, dirinya memiliki ekspektasi besar terhadap IA ITB dalam upaya bersama pemerintah memajukan bangsa Indonesia.
“Apa ekspektasi saya kepada para alumni? Yang pertama memang tantangan kami di Kementerian Ketenagakerjaan itu adalah menyiapkan tenaga kerja untuk menghadapi era baru. Itulah yang disebut dengan creative economy, itulah yang disebut dengan digital economy, itulah yang disebut dengan green economy, itulah yang disebut dengan care economy, AI economy atau apapun,” jelas Yassierli.
Setidaknya, ada empat poin yang bisa menjadi titik kolaborasi besar bersama IA ITB. Mulai dari perancangan modul-modul pelatihan untuk masyarakat yang mudah diterapkan, visibilitas dunia kerja, teknologi tepat guna hingga optimalisasi program magang di luar negeri.
“85% tenaga kerja kita lulusan maksimum SMA, Saya membutuhkan memang para praktisi, para pakar yang siap yang mau untuk kemudian mengembangkan modul-modul pelatihan yang applicable. Tantangan yang kedua adalah terkait dengan memastikan dunia ketenagakerjaan itu sendiri. Yang ketiga adalah gerakan peningkatan produktivitas nasional dengan pemanfaatan teknologi tepat guna dan optimalisasi program magang di luar negeri. Sehingga disitulah kesempatan para alumni bisa bersinergi, bisa membangun kolaborasi,” ungkapnya.
Ia berharap, melalui PP IA ITB bisa merumuskan berbagai program kerja yang memberikan banyak manfaat (giving impact) untuk seluruh lapisan masyarakat dalam upaya bersama mewujudkan Indonesia Emas 2045.
“Harapan saya tentu di Rakernas ini bisa dirumuskan program-program kerja yang strategis ya dan kata kuncinya adalah giving impact. Dan semoga ya nanti kita tunggulah gebrakan dari pengurus yang baru. Yang jelas kondisi saat ini masyarakat menunggu kontribusi dari banyak elemen,” ungkapnya.
Baca Juga: SBM ITB Cetak Sejarah, Dekan Aurik Gustomo Terpilih Masuk Dewan Strategis AACSB Asia Pasifik
Hal ini pun disambut baik, Ketua IA ITB 2025-2029, Agustin Peranginangin. Menurutnya, Ikatan Alumni ITB merupakan wadah secara formal sekaligus duta kampus yang bisa membawa harum nama ITB dari mulai tingkat nasional bahkan internasional.
Ia menyebut, alumni yang tergabung dalam IA ITB memiliki peran yang besar untuk berkontribusi nyata dalam mewujudkan target besar “Kampus Ghanesa” masuk ke dalam ranking 150 besar kampus dunia dalam kurun waktu empat tahun yang akan datang. Apalagi banyak harapan besar yang digantungkan pemerintah terhadap IA ITB.
“Pak Prabowo melihat ITB bisa menjadi jagoan internasional. Nah, tentu kita harus menjadi bagian dari itu. Karena itu teman-teman pengurus daerah juga pengurus komisariat maupun luar negeri dan prodi harus bergandengan tangan mewujudkan cita-cita ini,” katanya.
Ia pun mengingatkan akan makna Sejarah Pembangunan ITB, yang di bangun sejak aman kolonial, untuk memenuhi berbagai Pembangunan yang dibutuhkan oleh bangsa.
“Karena pembangunan bangunan ketika Belanda mau membangun politik etis itu yang dibangunnya ITB. Artinya apa? ITB memang tugasnya untuk pembangunan bangsa ini,” tegasnya.
Sementara itu, Ketua Dewan Pengawas IA ITB Safitri Siswono mengungkapkan makna filosofis dibalik gambar “Dewa Ghanesa” yang menjadi ikon ITB sejak berdiri pada tahun 1959. Menurutnya, selain melambangkan ilmu pengetahuan ikon gajah tersebut juga melambangkan semangat, kekuatan, kekeluargaan, soliditas dan pantang mundur.
“Ganesha, kita ini gajah. Gajah itu apa? Gajah itu kuat. Apa lagi? Semangat. Apa lagi? Solid, pantang mundur. Gajah itu selalu care sama keluarganya. Benar enggak? Gajah itu bukan soliter, gajah itu selalu care sama keluarganya, percaya diri. Jadi ITB itu apa? Gajah. Gajah selalu care sama saudaranya baik dalam keadaan susah maupun dalam keadaan senang,” ungkap Safitri.
Ia menekankan IA ITB sendiri harus bisa mengimplementasikan makna dari gambar gajah tersebut. Sebab, dengan soliditas yang kuat maka alumni bisa memberikan kontribusi besar tidak hanya untuk kampus dan almamater tapi juga untuk masyarakat dan bangsa.
“Nah, karena kita gajah, kita suatu keluarga besar yang harus menghimpun kekuatan kita bersama-sama, menghimpun energi kita bersama-sama. Saya percaya kalau energinya ITB ini positif dan dihimpun bersama-sama,” katanya.
Di sisi lain, Rektor ITB Tata Cipta Dirgantara mengajak seluruh alumni agar turut berkontribusi memajukan ITB sebagai kampus yang unggul di kelas dunia dengan turut masuk ke dalam IA ITB. Selain itu, masuknya alumni ke dalam IA ITB ini juga bisa turut menyelaraskan langkah dan program antara pihak kampus dengan sumber daya alumni hingga pemerintah.
Baca Juga: Chery Hadirkan Terobosan Hybrid & SUV Listrik Off-Road Lewat TIGGO 8 CSH Comfort dan J6T di Bandung
“Banyak sekali alumni dan tokoh-tokoh yang mau kembali untuk berkontribusi untuk kemajuan bersama alumni ITB bersama ITB. Unggul artinya kita memiliki reputasi kelas dunia dan berdampak artinya apa yang dilakukan oleh ITB, oleh alumninya itu membawa kemajuan bagi Indonesia,” ungkapnya.
Selain itu, ia berharap kemajuan ITB yang didorong oleh para alumni juga bisa berdampak nyata bagi pertumbuhan bangsa serta masyarakat agar lebih sejahtera.
“Itu semua harus dilakukan secara bersama-sama. Ini waktunya untuk bersinergi, berkolaborasi, tidak merasa paling hebat sendiri, tidak mengecilkan peran yang lain,” ujarnya.
Sementara itu, dalam momen Rakernas 2025. IA ITB juga turut mengukuhkan jajaran kepengurusan baik di tingkat pusat, daerah, hingga luar negeri. dan tidak hanya itu, sebagai bentuk nyata kepedulian terhadap sesama, IA ITB juga memberikan bantuan kepada korban bencana di Provinsi Aceh, Sumatera Barat dan Sumatera Utara sebesar Rp120 juta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Rahmat Saepulloh
Editor: Amry Nur Hidayat
Tag Terkait:
Advertisement