Kredit Foto: Istimewa
Harga bitcoin berupaya kembali menguat namun gagal pada perdagangan di Senin (15/12). Hal ini terjadi di tengah berlanjutnya koreksi pada aset-aset berisiko menjelang pekan penuh perdagangan terakhir tahun dari 2025.
Dilansir dari Coinmarketcap, harga bitcoin saat ini mencoba kembali menuju level psikologis namun berakhir gagal dan turun ke US$87.000. Investor tetap bersikap hati-hati seiring kekhawatiran terhadap valuasi saham teknologi, memudarnya momentum pasar ekuitas, serta sinyal kebijakan yang beragam dari Federal Reserve (The Fed) Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Raksasa Manajer Aset Brasil Sarankan Investasi Bitcoin
Bitcoin anjlok ketika pasar saham global terdampak aksi jual yang dipimpin sektor teknologi. Tekanan tersebut dipicu oleh meningkatnya kekhawatiran atas besarnya belanja kecerdasan buatan (artificial intelligence) dan keberlanjutan kinerja laba perusahaan dari sektor terkait.
BTSE Chief Operating Officer, Jeff Mei menyebut sikap kehati-hatian dalam pasar saham turut merembet ke pasar kripto, yang masih kesulitan memulihkan momentum setelah mengalami koreksi tajam bulan lalu. Volume perdagangan kripto juga terlihat menipis dalam beberapa sesi terakhir, yang memperbesar volatilitas harga dan memperkuat sentimen defensif.
“Saat ini investor masih ragu untuk masuk ke aset kripto karena koreksi pada beberapa bulan lalu, kekhawatiran pasar saham yang dinilai terlalu mahal, serta sinyal yang beragam dari The Fed,” katanya.
Namun Mei mencatat arus dana ke bitcoin spot masih mencatatkan saldo positif. Selain itu, langkah bank sentral yang mulai kembali membeli surat berharga dinilai menambah likuiditas yang berpotensi mengalir ke saham dan aset kripto.
Ia menambahkan, pelemahan saat ini juga dipengaruhi oleh faktor penyesuaian portofolio menjelang akhir tahun dari 2025.
Baca Juga: Tak Lagi Risk-off, Siklus Empat Tahunan Bitcoin Mulai Terganggu
“Karena ini mendekati akhir tahun, para trader kemungkinan mengambil keuntungan dan akan meninjau kembali peluang membuka posisi kripto baru pada awal 2026,” ujarnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Aldi Ginastiar
Tag Terkait:
Advertisement