Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Inalum Lepas Green Aluminium untuk Produksi Smelter Mempawah

Inalum Lepas Green Aluminium untuk Produksi Smelter Mempawah Kredit Foto: Rahmat Dwi Kurniawan
Warta Ekonomi, Jakarta -

PT Indonesia Asahan Aluminium (Inalum) dipastikan akan meluncurkan merek (brand) baru untuk produk aluminium yang dihasilkan dari smelter barunya di Mempawah, Kalimantan Barat. Langkah ini diambil seiring dengan keputusan perusahaan untuk menggunakan sumber energi yang lebih kompetitif demi mengejar target keekonomian proyek.

Group Head Business Inalum, Al Jufri, menjelaskan bahwa penggunaan sumber energi yang berbeda dari smelter Kuala Tanjung akan diikuti dengan pemisahan identitas merek dan entitas pengelola.

"Kalau itu nanti PLTU, nanti ada merek baru Pak. Merek baru, brand baru. Nanti yang mengelola smelter itu nanti ada perusahaan baru, anak perusahaannya Inalum. Jadi nanti ada brand baru," ujar Al Jufri dalam media gathering di Jakarta, dikutip Kamis (18/12/2025).

Baca Juga: Inalum Siap Caplok Tambang Bauksit Antam di 2026, Ini Bocorannya

Alasan utama di balik kemunculan merek baru ini adalah pilihan Inalum untuk tidak lagi terpaku pada standar green aluminium pada proyek ekspansinya. Al Jufri mengungkapkan bahwa saat ini apresiasi harga untuk produk hijau (green premium) di pasar global belum signifikan secara komersial.

"Nggak banyak beda harganya. Kalaupun ada kecil paling 10 dolar, 20 dolar. Nggak sebanding lah ya. Jadi apa yang digembar-gemborkan dari yang lain-lain itu belum banyak lah," jelasnya.

Oleh karena itu, Inalum memilih fokus untuk memenuhi kebutuhan domestik yang masih bergantung pada impor. "Di satu sisi kan tadi pasar domestik itu masih defisit ya. Masih impor. Ya kita masalah defisit itu kita beresin dulu. Apapun produknya ya," sambungnya.

Untuk mendukung operasional smelter berkapasitas 600.000 ton per tahun tersebut, Inalum tengah menggelar tender (bidding) raksasa pengadaan listrik sebesar 1,2 Giga Watt (GW). Perusahaan membuka pintu bagi penggunaan energi fosil, baik batu bara (PLTU) maupun gas (PLTG), asalkan mampu menyentuh target harga yang sangat rendah.

Baca Juga: Inalum Buka Tender Listrik Raksasa '1,2 GW' demi Smelter Mempawah, Incar Harga US$ 5 Cent!

"Kita bebaskan ajalah. Nanti siapa yang menang nanti kita ambil gitu. Angka, incar US$ 5 cent per kWh tadi itu. Benar-benar Pak ya ke situ. Terserahlah mau gas boleh, PLTU boleh, yang penting incarnya angka situlah gitu kan," kata Jufri.

Secara teknis, lokasi pembangkit telah dipetakan di pesisir Kijing, Kalimantan Barat, untuk memastikan efisiensi logistik bahan baku energi. 

"Kita sudah mapping, ada daerah pantai di dekat-dekat Kijing gitu, ada hampir-hampir 100 hektar gitu dekat pelabuhan. Harapan kita batu baranya itu nanti mau bersandar kan gampang gitu. Dibakar. Paling tarik garis transmisi ke smelter-nya itu 5 kilometer pun dapat, sudah kelar."

Transisi Jangka Panjang ke PLTN

Meski memulai dengan energi fosil, Inalum telah merancang strategi dekarbonisasi jangka panjang melalui penggunaan Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN). Strategi ini akan dieksekusi setelah masa kontrak pengadaan listrik selama 30 tahun berakhir.

"Jadi kami pikirnya tuh jalan aja dulu dengan apa yang ada, kontrak 30 tahun, selesai 30 tahun itu langsung switch ke PLTN. Kelar kontrak 30 tahun, ya sudah kita nggak kontrak lagi, ini ada energi baru, PLTN itu kan emisi CO_2-nya nol, ya sudah kita switch ke PLTN," urainya.

Baca Juga: Inalum Buka-bukaan: Bauksit Diekspor US$ 40, Balik Jadi Aluminium US$ 2.900

Dengan peralihan ke nuklir di masa depan, produk Inalum dari Mempawah secara otomatis akan kembali mendapatkan status hijau karena intensitas emisinya dipastikan turun drastis di bawah ambang batas sertifikasi. 

"Jadi bukan nunggu PLTN terus smelter-nya nggak jadi-jadi, nggak gitu juga. Lebih bagus jadi dulu barangnya," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Rahmat Dwi Kurniawan
Editor: Djati Waluyo

Advertisement

Bagikan Artikel: