WE Online, Jakarta - Guna meningkatkan tingkat kesehatan dan profil risiko yang lebih baik, PT Bank J Trust Indonesia Tbk (J Trust Bank) melakukan transaksi penjualan piutang atas sejumlah aset-aset bermasalah (NPL) serta pengalihan hak atas aset yang diagunkan (AYDA) milik perseroan kepada PT J Trust Investments Indonesia (JTII) dengan nilai transaksi sebesar Rp 487 miliar.
Sejumlah aset yang diagunkan tersebut di antaranya berupa rumah tinggal, pabrik, mesin-mesin, kapal, termasuk berbagai AYDA lainnya hasil restrukturisasi kredit-kredit bermasalah.
Direktur Utama J Trust Bank Ahmad Fajar memaparkan nilai keseluruhan transaksi sebesar Rp 487 miliar tersebut mencapai 48,62% dari nilai ekuitas perseroan sebesar Rp 1,001 triliun.
"Penjualan seluruh aset tersebut membuat kualitas kredit yang disalurkan perseroan kian membaik dengan tingkat nonperforming loan (NPL) menjadi di bawah 2%, turun dari posisi Juni 2015 di level 6,35%," ujar Ahmad Fajar di Jakarta, Senin (26/10/2015).
Menurutnya, seluruh aset tersebut memiliki nilai ekonomi yang tinggi untuk dikelola lebih lanjut oleh JTII sehingga transaksi ini menguntungkan kedua pihak.
Selain untuk memperbaiki rasio NPL, penjualan aset kredit bermasalah tersebut merupakan bagian dari upaya manajemen J Trust Bank untuk meningkatkan performa perseroan sekaligus sebagai fondasi untuk melakukan ekspansi.
Sebelumnya, pada 15 Oktober 2015 perseroan telah menerbitkan obligasi subordinasi (subdebt) senilai US$ 25 juta. Subdebt bertenor lima tahun tersebut seluruhnya diserap perusahaan terafiliasi lainnya, yaitu J Trust Asia Pte, Ltd, Singapore.
"Dana yang diperoleh dari penerbitan subdebt dicatat sebagai penambahan modal tier II yang selanjutnya akan digunakan untuk mendukung penyaluran kredit serta instrumen keuangan lain yang menunjang kinerja J Trust Bank," jelas dia.
Melalui penerbitan subdebt ini maka permodalan bank akan semakin kuat dan berdampak positif terhadap peningkatan rasio CAR serta mendukung ekspansi usaha perseroan ke segmen korporasi, komersial, dan consumer finance.
"Dengan penerbitan subdebt, likuiditas kami semakin meningkat dengan rasio kecukupan modal (CAR) diperkirakan sebesar 19% sehingga dapat mendukung peningkatan penyaluran kredit perseroan," tutup Ahmad Fajar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement