Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ini Cara Hadapi Pembunuh Nomor Satu di Dunia

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Tingginya angka kematian akibat cardiovascular disease (CVD) atau penyakit kardiovaskular membuat penyakit ini disebut World Health Organization (WHO) sebagai pembunuh nomor satu di dunia. Di Indonesia sendiri penyakit kardiovaskular menjadi sebab 37% kematian dan merenggut nyawa tak kurang dari 600.000 orang pada tahun 2014.

Senior Cardiologist Gleneagles Hospital and Mount Elizabeth Novena Hospital Singapore Dr. Peter Ting mengungkapkan setiap manusia memiliki potensi untuk terkena penyakit kardiovaskular yang memang berkembang seiring dengan bertambahnya usia seseorang, meskipun tingkat progresi dan keparahannya bisa berbeda-beda.

"Penyakit kardiovaskular merupakan degenerasi dan disfungsi pembuluh darah sebabnya adalah pengerasan dan penyempitan pada pembuluh darah itu yang seharusnya berfungsi menyalurkan darah untuk organ-organ vital pada tubuh, seperti hati, jantung, dan otak. Seringkali gejala awal penyakit kardiovaskular tidak terlihat dan menjadi silent killer, padahal jika bisa dideteksi lebih awal bisa menjadi tonggak perubahan ke arah gaya hidup yang lebih sehat," katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Senin (6/12/2015).

Peter mengatakan hasil studi menunjukan bahwa 90% penyakit kardiovaskular disebabkan sembilan faktor risiko utama, yaitu tingkat kolesterol, kebiasaan merokok, diabetes, hipertensi, kegemukan di bagian perut (buncit), tingkat aktivitas fisik, tingkat stres, nutrisi buruk, dan kebiasaan mengonsumsi alkohol.

"Tindakan medis yang bisa dilakukan antara lain intervensi koroner perkutan (percutaneus coronary intervention), pembedahan coronary arteri bypass grafting (CABG), dan rangkaian pengobatan," ungkapnya.

Ia menjelaskan salah satu hal yang paling penting dalam menghadapi penyakit kardiovaskular, yaitu tindakan pencegahan. Ia memastikan pencegahan dapat dilakukan baik sebelum atau sesudah timbulnya gejala dan yang terpenting pencegahan itu harus mampu menyentuh akar permasalahan. Terapi gaya hidup atau rehabilitasi penyakit jantung, imbuhnya, menyasar faktor lingkungan yang bisa dimodifikas.

"Salah satu langkah pencegahan yang disarankan adalah pengecekan hipertensi, kolesterol, menjaga berat badan ideal, dan berhenti merokok. Hipertensi dan merokok adalah dua penyebab kematian yang menakutkan. Hipertensi yang terlambat dideteksi berisiko kerusakan pada beberapa organ tubuh, seperti gagal jantung, gagal ginjal, serangan jantung, stroke, hingga kebutaan," paparnya.

Jika kedua hal ini berhasil dideteksi dini, katanya, mungkin tidak membutuhkan pengobatan khusus dan bisa disembuhkan dengan terapi gaya hidup. Ia menambahkan penanganan yang tepat dan diiringi perubahan gaya hidup bahkan dapat mengembalikan kondisi organ yang rusak ke tingkat risiko yang dapat dikontrol.

"Selain itu, tingginya kolesterol jahat (LDL) juga menjadi salah satu penyebab penyakit kardiovaskular karena mengakselarasi kerusakan pembuluh darah. Kolesterol tinggi dapat diturunkan dari faktor genetika sehingga penting untuk menelusuri riwayat penyakit keluarga. Jika faktor genetika memang ditemukan maka seluruh anggota keluarga sebaiknya melakukan deteksi dini, bahkan yang berusia muda. Biasanya penanganan kolesterol tinggi perlu dilanjutkan dengan terapi statin (obat lipid) yang agresif dan modifikasi pola makan," jelasnya.

Peter menegaskan salah satu poin penting yang perlu diperhatikan dengan serius adalah proses rehabilitasi dari penyakit jantung yang melibatkan terapi gaya hidup. Terapi ini merupakan bagian integral dari penanganan kardiovaskular yang menyeluruh. Ia menuturkan penanganan apapun tidak bisa dianggap menyeluruh tanpa terapi gaya hidup ini, terapi gaya hidup berkontribusi untuk menciptakan hasil jangka panjang yang lebih baik, meningkatkan kelangsungan hidup dan mengurangi kemungkinan serangan dan kematian akibat serangan jantung, serta menolong stabilisasi dan bahkan mengembalikan kondisi hingga dapat terus dikontrol.

"Terakhir, Anda memiliki peran penting untuk berkolaborasi dengan dokter Anda untuk melindungi jantung dan pembuluh darah Anda," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: