WE Online, Jakarta - Direktur Eksekutif Energy Watch Indonesia (EWI) Ferdinand Hutahaean mengatakan pengunduran diri Presiden Direktur PT Freeport Indonesia Maroef Sjamsuddin bukanlah sesuatu yang mengagetkan dan tidak perlu diapresiasi sama sekali.
Pasalnya, hal ini sudah diprediksi akan terjadi di tengah keterpurukan Freeport Mc Moran dan pengunduran diri Jim Bob beberapa waktu lalu.
"Serta ketidakpastian masa depan Freeport Indonesia pasca-2021 tentu akan memaksa mundur Maroef Sjamsoeddin yang pada awalnya dinilai akan mampu memuluskan masa depan Freeport di Papua. Melihat latar belakang Maroef yang mantan Wakil Kepala BIN dan adik dari LetJen Safri S yang sangat dekat dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono waktu itu," kata Ferdinand di Jakarta, Selasa (19/1/2016)
Tapi ternyata, lanjut Ferdinand, semua itu tidak membuat situasi seperti harapan pemilik Freeport dan tentu tidak sesuai harapan Amerika. Ditambah lagi, langkah blunder Jim Bob dan Maroef yang membuka rekaman skandal "Papa Minta Saham" justru semakin menggelorakan semangat nasionalisasi tambang Freeport.
"Inilah yang paling memaksa bagi Maroef untuk mundur atau dipaksa mundur," cetusnya
Ferdinand menuturkan pengunduran diri Maroef dari kursi Presdir Freeport harus dijadikan oleh pemerintah sebagai momentum untuk melakukan evaluasi menyeluruh terhadap Freeport. Pemerintah, kata dia, harus melakukan evaluasi terbuka bersama seluruh stakeholder, unsur masyarakat, dan para ahli untuk menghasilkan rekomendasi keputusan dalam rangka mengambil kebijakan bagi Presiden Joko Widodo atas nasib Freeport.
"Ada beberapa pertanyaan yang perlu harus dibahas bersama, pertama terkait divestasi saham, apakah harus kita ambil atau tolak? Nilai divestasi yang ditawarkan apakah terlalu tinggi atau tidak? Urgensinya apa saat ini mengambil divestasi saham ditengah merosotnya harga saham Freeport?" ungkapnya
"Kedua, terkait kelanjutan operasi Freeport, apakah kita mampu secara teknologi dan finansial untuk meneruskan tambang Freeport? Jika tidak mampu, apa solusinya?" sambungnya
Ketiga, lanjutnya, soal ada berapa cadangan komoditas yang masih tersisa pada tambang tersebut. "Pertanyaan-pertanyaan ini tentu akan menghasilkan kesimpulan bagaimana pemerintah harus bersikap," tegasnya.
Ferdinand menambahkan satu hal yang juga perlu dicermati oleh pemerintah adalah manuver-manuver yang dilakukan oleh pihak Amerika dan Freeport di Papua dan di kancah internasional.
"Kita perlu waspada jangan sampai isu kontrak Freeport bergeser kepada isu politik internasional dan lokal," tandasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ferry Hidayat
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement