WE Online, Jakarta - Keinginan PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) untuk menaikkan harga jual lahan industri sebesar 10-15 persen dinilai belum tepat jika dilakukan dalam waktu dekat ini.
Hal ini disampaikan oleh analis PT Minna Padi Investama Tbk Frederik Rasali di Jakarta, Kamis (21/1/2016).
Ia mengungkapkan kondisi sektor properti saat ini belum baik serta demand belum muncul karena menunggu keputusan pemerintah terkait infrastruktur hingga saat ini.
"Rencana KIJA naikkan harga jual pasti berpengaruh pada pendapatannya nanti karena saat ini demand belum muncul lantaran masih menunggu keputusan pemerintah terkait infrastruktur," ujarnya.
Jika memang KIJA menaikkan harga jual lahannya maksimal lahan industri perseroan mencapai Rp 3,45 juta per meter persegi.
Diketahui, saham KIJA di bursa terkoreksi pada penutupan sesi pertama hari Kamis ini. Saham KIJA ditutup di level Rp 227 per saham atau turun 3% dari harga pentupan hari Rabu (20/1/2016) kemarin Rp 230 per saham. Saham KIJA sempat naik di harga tertingginya Rp 235 per saham dan harga terendah Rp 227 per saham. Adapun, total volume perdagangan saham KIJA di sesi I mencapai 1.676.800.
Frederik menegaskan sektor properti pada semester I tahun ini diperkirakan masih cukup berat. Namun, di semester II diharapkan dapat kembali menggeliat seiring dengan berjalannya proyek-proyek infrastruktur pemerintah.
"Penurunan saham KIJA sesi I hari ini memang ada pengaruhnya terkait rencana perusahaan menaikkan harga jual lahan. Saya lihat sih, saham KIJA sesi II masih bisa terkoreksi kembali," tukasnya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Advertisement