Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Asing Masuki Industri 'Crumb Rubber', Timbulkan Persaingan Tak Sehat

Warta Ekonomi -

WE Online, Medan - Gabungan Perusahaan Karet Indonesia (Gapkindo) Sumatera Utara (Sumut) berharap industri crumb rubber tidak sepenuhnya diserahkan kepada asing. Pasalnya, dengan kapasitas yang ada saat ini akan menimbulkan persaingan tidak sehat.

Hal ini dikatakan Sekretaris Eksekutif Gapkindo Sumut Edy Irwansyah. Ia mengatakan industri crumb rubber diharapkan tetap diatur di dalam daftar negatif investasi (DNI) yaitu di mana industri itu termasuk dalam bidang usaha yang terbuka dengan persyaratan seperti rekomendasi teknis tentang kecukupan bahan baku dari Kementerian Pertanian (Kementan), namun tetap ada kepemilikan dari pengusaha lokal sebanyak 49%.

"Apabila kemudian dibuka kesempatan seluas-luasnya untuk asing justru akan menimbulkan persaingan tidak sehat karena waktu penerapan kebijakan itu tidak tepat di mana saat ini sedang kekurangan bahan baku," katanya di Medan, Minggu (14/2/2016) kemarin.

Dikatakannya, saat ini secara nasional industri kekurangan bahan baku karet lebih dari 40%. Kekurangan bahan baku itu membuat kapasitas terpasang industri yang lebih dari 4,6 juta ton per tahun, namun hanya mampu diisi dengan ketersediaan bahan baku sekitar tiga juta ton.

Sementara jika pemerintah mengeluarkan industri crumb rubber dari DNI jelas akan membuat pabrikan semakin banyak dan tidak bisa dihindari akan menimbulkan persaingan tidak sehat dalam hal mendapatkan bahan baku.

"Pabrikan nasional juga akan kalah bersaing dalam menjalankan usahanya dari perusahaan asing karena pengusaha luar mendapatkan dana murah mengingat suku bunga kredit di luar negeri jauh lebih murah," ujarnya.

Karenanya, Gapkindo berharap pemerintah membatalkan penetapan industri crumb rubber keluar dari DNI. Tidak hanya akan melindungi pengusaha, tetapi juga petani lokal dalam negeri.

"Dikatakan melindungi petani lokal karena dikhawatirkan nantinya harga akan ditentukan oleh industri asing tanpa memperhatikan kehidupan petani," ucapnya.

Sekretaris Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Sumut Laksamana Adyaksa sebelumnya mengatakan industri dalam negeri tidak akan mampu bertahan jika pemerintah memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk asing tanpa ada perlindungan dari pemerintah.

"Industri asing diberi kesempatan masuk ke beberapa sektor seluas-luasnya, tapi tanpa proteksi dari pemerintah terhadap industri lokal. Jika (industri) kita tidak mampu bertahan, jelas kebijakan itu justru mematikan (industri dalam negeri)," katanya.

Terlebih pada industri crumb rubber yang selama ini terutama ketika harga jual merosot dan permintaan menurun tidak mendapat perhatian dari pemerintah. Industri disuruh mengambil langkah antisipasi sendiri mengikuti perkembangan kondisi global.

"Seharusnya ada upaya dari pemerintah untuk meningkatkan konsumsi dalam negeri ketika kondisi global sedang buruk. Bukan seperti sekarang dibiarkan begitu saja mencari langkah keluar agar tetap bertahan. Sementara pemerintah malah membuka kesempatan kepada asing untuk masuk ke industri itu. Tentu saja itu bukan hal yang positif," pungkasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Khairunnisak Lubis
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: