Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Akom Dinilai Paling Layak Pimpin Golkar

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Badai perpecahan Partai Golkar terlihat menuai titik terang setelah para elite partai melakukan manuver politik dengan mendamaikan pihak yang selama satu tahun berseteru.

Munas Golkar menjadi jawaban atas berbagai persoalan Partai Golkar, meski baru-baru ini putusan Mahkamah Agung (MA) atas konflik Partai Golkar memenangkan pihak Aburizal Bakrie (ARB), tapi tampaknya elite Golkar tetap pada putusan Rapimas, yaitu hajatan Munas Golkar 2016 demi perbaikan secara keseluruhan.

Meski belum ada kejelasan mengenai kapan pelaksanaan Munas Partai Golkar, pertarungan bakal calon ketua umum sudah memanas. Banyak kader muda Golkar bermunculan dan mendeklarasikan maju sebagai calon ketua umum Partai Golkar, mulai dari Ade Komarudin (Akom), Idrus Marham, Priyo Budi Santoso, Airlangga Hartarto, Setya Novanto, hingga Syahrul Yasin Limpo.

Terkait hal tersebut, Lembaga Survei Independen Nusantara (LSIN) melakukan survei dalam rangka memperoleh pendapat publik mengenai kelayakan kandidat Ketua Umum Partai Golkar jelang Munas Partai Golkar 2016. Survei nasional LSIN akseptabilitas calon Ketum Partai Golkar Munas 2016 ini dilakukan rentang waktu 15-29 Februari 2016 melibatkan 1.200 responden dari 34 provinsi di Indonesia.

Direktur Eksekutif LSIN Yasin Mohammad mengatakan bahwa pada saat responden diajukan pertanyaan "menurut Anda siapa tokoh yang layak dan pantas memimpin Partai Golkar saat ini?", sebagian besar responden menjawab Ade Komarudin 12,5%; kemudian Idrus Marham 10,8%; Aburizal Bakrie 9,1%; Jusuf Kalla 8,7%; Agung Laksono 7,7%; Akbar Tandjung 7,5%; Airlangga Hartarto 6,9%; Priyo Budi Santoso 6,8%; Setya Novanto 6,5%; Azis Syamsudin 5,6%; Agus Gumiwang 4,4%; Agun Gunandjar 4,1%; Tommy Suharto 2,7%; Syahrul Yasin Limpo 2,5%; Mahyudin 2,0%; dan Alex Noerdin 1,7%.   

Jika dikelompokkan berdasarkan usia maka dari tokoh senior Golkar akseptabilitas tertinggi adalah ARB, yaitu sebesar 9,1%; kemudian JK 8,7%; Agung Laksono 7,7%. Kemudian jika dikelompokkan pada kalangan tokoh muda Partai Golkar, hasilnya Ade Komarudin memiliki akseptabilitas tertinggi sebesar 12,5%; kemudian Idrus Marham 10,8%; Airlangga Hartarto 6,9%.

Merujuk pada hasil survei tersebut, Yasin Mohammad mengatakan jika skenario Partai Golkar mulus bahwa akan menghadirkan sosok tokoh muda di pucuk pemimpin Golkar maka persaingan ketat kemungkinan bakal terjadi antara Akom dan Idrus Marham.

"Kedua tokoh muda tersebut adalah sosok penting di Partai Golkar dan memiliki basis dukungan DPD-DPD Golkar bersama dengan masing-masing kelompoknya. Kedudukan Akom sebagai Ketua DPR RI tentu menjadi keuntungan tersendiri dengan dukungan kuat dari sebagian kelompok ARB, begitu pula Idrus Marham posisinya sebagai Sekjen Partai Golkar tentu menguntungkan untuk memuluskan jalan menuju pucuk pemimpin Partai Golkar, namun tidak dapat ditinggalkan pula calon ketua umum lain seperti Airlangga Hartarto, Priyo Budi Santoso, Setya Novanto, bisa menjadi kuda hitam dan tidak menutup kemungkinan mengambil pengaruh dukungan di tengah panasnya persaingan," katanya dalam rilis pers yang diterima di Jakarta, Senin (14/3/2016).

Yasin mengatakan besar kemungkinan akan terjadi persaingan ketat dari faksi-faksi di internal Partai Golkar dan praktik politik uang juga sangat mungkin mewarnai pegelaran munas.

"Ketidakpastian waktu pelaksanaan Munas Partai Golkar juga tentu saja menjadi penghambat tersendiri bagi kandidat dan tim sukses. Oleh karenanya, kunci dari memenangkan pucuk pemimpin Partai Golkar adalah seberapa kuat dan lihainya kandidat dan tim suksesnya dalam meramu strategi dan meyakinkan para pemilih dari internal partai," ujarnya.

Kondisi perpecahan sekarang ini, imbuhnya, bisa dijadikan bahan visi misi masing-masing kandidat dengan menjadikan konflik perpecahan Partai Golkar sebagai pijakan dalam upaya titik balik mengembalikan kejayaan Golkar pada era reformasi dan mampu menyatukan kekuatan/elemen Golkar antar kaum senior dengan kaum muda.

"Munas Golkar juga harus menjadi wadah melakukan evaluasi kepemimpinan dengan mendorong elite/petinggi partai menurunkan tensi emosi dan ego yang selama ini terus bersitegang guna menyelamatkan Partai Golkar dan kader-kadernya. Selain itu, Munas Golkar juga harus mendorong terjadinya revitalisasi pola perkaderan dan kepengurusan serta mengubah perilaku politik para petinggi/elite/pemimpin partai dengan tidak melakukan pendekatan kepada masyarakat dengan pola sodagar dan elitis," pungkasnya.

Perlu diketahui, survei LSIN ini mengambil sampel sepenuhnya secara acak (probability sampling) menggunakan metode penarikan sampel acak bertingkat (multistage random sampling) dengan memperhatikan urban/rural dan proporsi antara jumlah sampel dengan jumlah penduduk di setiap provinsi.

Responden adalah penduduk Indonesia yang berumur minimal 17 tahun. Tingkat kepercayaan survei ini adalah 95% dengan margin of error sebesar ±3,2%. Pengumpulan data dilakukan melalui dua cara, yaitu melalui telepon dengan panduan kuesioner dan wawancara langsung dengan panduan kuesioner oleh surveyor yang tersebar di seluruh provinsi.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Cahyo Prayogo
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: