WE Online, London - Sejarah baru akan terjadi di London, Inggris, jika Sadiq Khan (45) terpilih menjadi Walikota London pada Pemilu 5 Mei 2016 mendatang.
Menciptakan sejarah adalah tantangan terbesar bagi seorang anak supir bis imigran asal Pakistan di Kota London, Inggris, seiring kompetisi politik pemilihan wali kota sudah menunggu di depan mata. Pemilu yang akan digelar pekan depan, tepatnya 5 Mei 2016 akan menentukan tak hanya siapa yang menjadi orang nomor satu di London, tapi juga mematok sejarah baru di mana seorang muslim akan bisa memimpin kota besar di negeri Barat untuk pertama kalinya.
Adalah Sadiq Khan (45), pria kelahiran Tooting, di kawasan London bagian selatan. Dikutip dari laman resminya www.sadiq.london, ia menjelaskan keluarganya pindah ke London dari Pakistan di tahun 1960-an.
Memilih karir sebagai pengacara hak azasi manusia, Sadiq tercatat menangani kasus-kasus gugatan terhadap polisi, perselisihan kerja, hukum yang diskriminatif, dan kejahatan terhadap kelompok minoritas. Karir politik di tingkat nasional mulai dibangun pada tahun 2005 ketika ia memenangkan pemilu untuk Partai Buruh di daerah pemilihan Tooting.
Karir politik Sadiq cukup dibilang melejit bila bukan disebut "meledak" sebab di era Perdana Menteri Gordon Brown (2009), ia dipercaya menjadi Menteri Transportasi sekaligus muslim dan keturunan Asia pertama yang masuk ke dalam kabinet pemerintahan Inggris. Sadiq pun berhasil mempertahankan daerah pemilihannya di Tooting dalam pemilu 2010 dan 2015, meskipun tahun 2015 adalah masa sulit Partai Buruh.
Pemilu walikota London tahun ini membawa warna yang berbeda dibanding tahun-tahun sebelumnya karena seorang kandidat muslim di berbagai survei menunjukkan posisi yang sangat diunggulkan. Dukungan politik buat politisi Muslim disebut-sebut kian menguat terutama karena susunan demografi Kota London yang unik.
Satu dari tiap delapan warganya adalah penganut agama Islam. Dengan kata lain, 12,5 persen populasi London adalah pemilih potensial berbasis keagamaan untuk Sadiq. Selain itu, penduduk kulit putih keturunan Inggris di London hanya separuh dari total populasi.
"Saya ingin Muslim Inggris yang menaklukkan ekstremisme dan radikalisasi," ujar Sadiq seperti disitir dari laman ABC.
"Kita harus menjelaskan kepada masyarakat di negara dengan mayoritas Muslim bahwa saya adalah representasi Barat, dan bila mereka membenci Barat, berarti mereka membenci saya," tambah dia.
Tapi, "kartu agama" yang menjadi salah satu senjata politik sekaligus pencitraan Sadiq tidaklah elok bila terus-terusan diusung sebab pemilu bukan semata soal agama atau latar belakang kehidupan para kandidat. Pemilih akan memilih siapa yang menawarkan program kerja terbaik, solusi paling realistis buat tumpukan masalah mereka.
London masih menghadapi persoalan angka pengangguran yang tinggi yaitu sekitar 6,3 persen, setara dengan 291.000 orang di Februari 2016. Angka ini lebih buruk daripada kondisi nasional Inggris yaitu 5,1 persen.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait:
Advertisement