Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
Indeks
About Us
Social Media

Transformasi Bisnis Pelni

Warta Ekonomi -

WE Online, Batam- Sejak delapan bulan di bawah kepemimpinan direktur utama yang baru, Syahril Japarin, PT Pelayaran Nasional Indonesia melakukan transformasi bisnis besar-besaran di segala lini dengan tujuan memperkuat fondasi bisnis Pelni dalam menghadapi persaingan usaha ke depan.

Transformasi dilakukan dengan mempertajam orientasi bisnis, mengubah kultur budaya karyawan dan perusahaan, meningkatkan efisiensi dan kualitas pelayanan kepada penumpang, serta prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik (good corporate governance).

Direktur Utama PT Pelayaran Nasional Indonesia (Pelni) Syahril Japarin mengatakan bahwa penajaman orientasi bisnis mulai dilakukan Pelni sejak awal 2014 sehingga mulai tahun depan bisnis Pelni bisa stabil dan take off. Tujuan akhirnya adalah agar Pelni bisa menjadi BUMN Indonesian Maritime Holding pada tahun 2017.

"Kami saat ini secara bertahap akan mengubah porsi pendapatan dari penumpang saat ini sebesar 70 persen menjadi 30 persen dengan cara memperbesar bisnis kargo yang sebelumnya 30 persen menjadi 70 persen. Penumpang tetap kami layani dan kualitas pelayanan penumpang terus ditingkatkan," ujar mantan Direktur Utama PT Djakarta Lloyd itu.

Syahril mengatakan bahwa peningkatan kualitas pelayanan kepada penumpang dengan cara memberlakukan tiket elektronik (e-ticketing) terhadap seluruh kapal Pelni. Sebanyak 24 unit kapal Pelni pada akhir tahun ini sudah bisa menerapkan layanan e-ticketing.

Adapun salah satu pilot project e-ticketing diberlakukan di KM Kelud yang melayani rute Tanjung Priuk-Belawan, Medan. Dengan e-ticketing, penumpang yang tidak memiliki tiket (penumpang gelap) tidak bisa naik lagi ke atas kapal sehingga menghindari kongkalikong di atas kapal dengan awak kapal.

Kapal Motor (KM) Kelud dibuat tahun 1998, produksi Jos L. Meyer, Papenburg, Jerman. Kapal ini memiliki daya angkut sebanyak 1.906 penumpang terdiri atas kelas I sebanyak 144 penumpang, kelas II 364 penumpang, kelas III 594 penumpang, dan kelas ekonomi 804 penumpang.

Ke depannya, tiket elektronik ini akan berfungsi seperti kartu pintar (smart card) dengan fungsi ganda, yaitu tiket kapal sekaligus menjadi dompet elektronik. Sepanjang pelayaran di atas kapal, penumpang dapat menggunakan tiket elektroniknya untuk berbelanja di minimarket dan kafetaria yang tersedia di atas kapal, termasuk fasilitas hiburan, seperti playstation dan karaoke.

Langkah pembersihan juga dilakukan terhadap barang-barang yang dinaikkan secara sepihak, tanpa membayar sepeser pun. Satu tahun lalu, dermaga pelabuhan yang seharusnya steril, justru disesaki oleh puluhan buruh ilegal, yang memaksa menaikkan ratusan koli barang tanpa dokumen ke atas kapal Pelni.

Selain buruh ilegal, terdapat puluhan buruh perempuan yang menaikturunkan muatan ke atas truk. Kini, kondisi tersebut sudah bisa dihilangkan oleh Pelni.

Dalam upaya pengurangi potensi kebocoran penumpang gelap itu Pelni menjalin kerja sama dengan pihak TNI untuk melakukan pengamanan dengan keamanan pelayaran dan kenyamanan penumpang terjamin.

"Hal tersebut kami lakukan saat Lebaran yang penumpangnya padat. Saat ini sudah tidak ada lagi pengamanan TNI, tetapi pengamanan dari kami karena kondisi sudah kondusif," kata dia.

Sebelum ditertibkan, lanjutnya, banyak penumpang kapal Pelni yang tidak memiliki tiket, tetapi memaksa masuk serta barang-barang ilegal yang dimasukkan oleh kuli sekitar pelabuhan. Akibat banyaknya penumpang gelap, selama semester pertama 2013, Pelni mengalami kerugian sebesar Rp180 miliar.

"Kunci dari kehilangan banyak alias kebocoran adalah free rider dan free cargo. Kesulitan kami adalah tidak bisa mengelola pelabuhan. Kami sudah mendapat lampu hijau dari Kementerian Perhubungan untuk mengelola terminal penumpang di pelabuhan. Hanya saja kami harus berbicara atau bekerja sama dengan Pelindo. Akan tetapi, saat ini kami mulai dari pengelolaannya atau manajemennya dulu, untuk investasi itu bertahaplah," kata dia.

Selain itu, lanjutnya, Pelni memperbesar bisnis kargo yang sebelumnya 30 persen menjadi 70 persen agar memperkuat pondasi bisnis dalam menghadapi persaingan usaha ke depan.

"Kami saat ini secara bertahap akan mengubah porsi pendapatan dari penumpang saat ini sebesar 70 persen menjadi 30 persen dengan cara memperbesar bisnis kargo yang sebelumnya 30 persen menjadi 70 persen. Perubahan dilakukan karena untuk memuat kargo," ujar dia.

Hal tersebut dilakukan untuk menyikapi murahnya tiket pesawat yang menyebabkan penurunan jumlah pengguna moda transportasi laut.

"Itu penumpang banyak turun 50 persen yang dulunya 8.000.000 penumpang menjadi 4.000.000 penumpang. Efisiensi kapal juga tidak keruan karena kapal ini didesain untuk mengangkut penumpang yang banyak sehingga mesinnya kami mengalami penurunan. Oleh karena itu, berbicara bagaimana kami beroperasi secara efisien," ujar dia.

Meskipun Pelni bersiap menambah kapasitas kargo tersebut, kualitas pelayanan dan kapasitas penumpang terus ditingkatkan.

"Untuk transformasi bisnis ini sudah melakukan modifikasi dua kapal, yakni KM Ciremai dan KM Dobonsolo, yang dilakukan mulai tahun lalu. Kapasitas setelah melakukan modifikasi setara dengan menambah tiga kapal," kata dia.

Atas kelanjutan transformasi bisnis tersebut, lanjutnya, Pelni sudah melakukan kesepakatan bersama (MoU) dengan Krakatau Steel dan Pertamina untuk mengangkut produk-produk dua perusahaan tersebut.

"Nilai kontraknya dan sampai kapan masih dalam proses, ujar dia.

Selain itu, lanjutnya, untuk menekan biaya BBM, Pelni tertarik mengembangkan penerapan teknologi LNG sebagai bahan bakar secara single maupun dual fuel dengan melakukan kerja sama dengan PT Pertamina Gas (Pertagas).

Secara keseluruhan kebutuhan BBM Pelni untuk armada kapal sebesar 219.000.000 kiloliter (kl) dengan main bunkering di Jakarta, Surabaya dan Makasar, serta supporting bunkering di Balikpapan, Bitung, Kupang, Ambon, Denpasar, dan Semarang.

Kebutuhan BBM tersebut menyerap 65 persen biaya operasi Pelni dalam setahun. Bila penggunaan BBM tersebut bisa dikonversi dengan LNG, akan mengalami penghematan sebesar 30 persen.

Penghematan tersebut dapat dimanfaatkan untuk membeli kapal serta peningkatan sarana lainnya.

Dengan adanya kerja sama tersebut, pihaknya berencana membeli 10 unit kapal dengan nilai sekitar Rp450 miliar pada tahun ini yang digunakan untuk mendistribusikan gas alam yang dicairkan (LNG) ke pelosok-pelosok nusantara.

"Pendanaan tentang pembelian kapal terkait dengan rencana pendistribusian LNG ke daerah-daerah target penambahan, yaitu punya kapal 10 unit dengan nilai sekitar Rp450 miliar dananya tersebut tidak bisa hanya diambil dari Pelni bisa juga yang lainnya," ujar dia.

Menurut dia, dengan penambahan 10 kapal tersebut, armada yang dimiliki menjadi sebanyak 34 unit kapal Pelni.

"Kami juga mempersiapkan kerjasama dengan Pertagas bagaimana mendistribusikan LNG itu ke pelosok-pelosok daerah," kata dia.

LNG merupakan gas dalam bentuk cair merupakan energi yang paling pas untuk mengonversi BBM bagi transportasi laut. LNG membutuhkan ruangan lebih kecil bila dibanding dengan CNG sehingga sangat cocok untuk ruang kapal yang terbatas.

Kultur Budaya Ditingkatkan Syahril mengatakan kultur budaya karyawan dan perusahaan juga ditingkatkan. Caranya dengan menghindari dan meminimalisasi praktik-praktik mencari keuntungan yang dilakukan oleh oknum-oknum tertentu.

Beberapa aspek GCG yang telah diterapkan adalah melarang seluruh karyawan, termasuk direksi untuk memiliki bisnis yang terkait dengan perusahaan.

Syahril mengatakan bahwa toko-toko di atas kapal-kapal Pelni mulai diambil alih langsung pengelolaannya oleh perusahaan, yaitu di bawah naungan Yayasan Kesejahteraan Kesehatan Pensiunan Pelni (YKPP) mulai awal tahun ini, dari semula diserahkan kepada pihak ketiga.

Hasilnya ternyata luar biasa. Jika semula dengan sistem lama, lanjutnya, dalam satu kali voyage (trip/perjalanan), KM Sinabung hanya memberi pemasukan sebesar Rp8 juta, kini dengan dikelola langsung menjadi Rp150 juta. Demikian pula dengan KM Lambobar, dari semula Rp5 juta menjadi Rp95 juta.

"Kalau ditotal, dengan sistem lama hanya memberi pemasukan Rp39 miliar, kini menjadi Rp50 miliar per bulan. Jadi, efisiensi dari kebocoran tersebut sangat besar," ujar Syahril. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Arif Hatta

Advertisement

Bagikan Artikel: