Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ekspansi Membara Penambang Milik Negara (Bagian I)

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta- PT Bukit Asam Tbk dan Ignite Energy Resources Ltd. asal Australia kembangkan Catalytic Hydrothermal Reactor (Cat-HTR). Muara bisnis dari kerjasama ini baru akan diumumkan setelah melewati tahap uji tuntas (due diligence).

Sejak April lalu, PT Bukit Asam Tbk punya pekerjaan besar dalam penelitian dan pengembangan tambang di Australia. Hal ini dilakukannya sebagai langkah untuk mengakuisisi perusahaan Ignite Energy Resources Ltd. (IER).

Dari IER, Bukit Asam mengincar unsur teknologi sekaligus pengembangan deposit batubara yang ada di Victoria. Perusahaan berharap langkah ini mampu mempercepat perusahaan menjadi perusahaan energi kelas dunia.

Teknologi yang diincar Bukit Asam itu adalah Catalytic Hydrothermal Reactor (Cat-HTR). Secara khusus teknologi ini digunakan dalam pengolahan dan pemanfaatan batubara kalori rendah (lignite) menjadi minyak mentah sintetis (synthetic crude oil) dan batubara kualitas tinggi.

Mengenai minyak mentah sintetis, selanjutnya dapat diproses sebagaimana crude oil menjadi bensin dan kerosin. Sementara batubara kualitas tinggi dapat langsung digunakan untuk industri baja dan pembangkit listrik emisi rendah.

 

Mengintip Teknologi

Aksi perusahaan dengan kode listing PTBA dalam memanfaatkan variabel teknologi sebagai pendorong nilai tambah merupakan hal yang baru di tanah air. Tentu bagi PTBA tahun ini akan menjadi tahun yang penuh dengan uji coba.

Perkembangan terakhir, sebuah pengujian batubara kalori rendah yang dikirimkan Bukit Asam ke pabrik percontohan milik IER, diinformasikan sudah mampu menghasilkan minyak mentah sintetis dengan kualitas menyerupai minyak mentah biasa (crude oil). Disamping itu, teknologi IER ini dapat menghasilkan batubara berkualitas tinggi dengan nilai kalori lebih dari 7.000 kkal/kg.

Nilai strategis kerjasama diakui pihak Bukit Asam juga berkenaan dengan teknologi lain yang dimiliki IER, seperti bioenergi.

“Mereka juga mempunyai teknologi bioenergi. Namanya Nusela. Selain itu, mereka mempunyai properti aset batubara atau wilayah pertambangan dengan sumber daya sekitar 16 miliar ton,” tutur Direktur Utama Bukit Asam, Milawarma kepada Warta Ekonomi.

Di Australia sendiri, batubara kalori rendah (lignite) saat ini tengah mendapat perhatian yang besar. Lignite yang dihasilkan dari batubara berwarna coklat merupakan kategori sumber bahan bakar yang banyak menghasilkan ekses karbon dioksida.

Australia sendiri merupakan negara kedua terbesar di dunia yang mengandung batu bara coklat. Tetapi saat ini tingkat penggunaan teknologi masih belum ramah terhadap ekses tersebut. Pemerintah daerah Victoria, tempat projek IER dilaksanakan, baru-baru ini memberikan bantuan untuk pengembangan tambang dan pengolahan lignite yang ramah lingkungan.

Dikutip dari situs berita Latrobe Valley Express, IER mendapat bantuan senilai AUS$20 juta untuk membangun AUS$84,3 juta pertambangan yang mampu menghasilkan minyak dari batubara. Pemerintah Victoria sendiri hanya memberikan bantuan kepada dua perusahaan dari 21 perusahaan yang diseleksi. Kedua perusahaan itu ialah IER dan Coal Energy Australia.

IER sendiri merupakan perusahaan yang berada di kategori perusahaan yang sedang berkembang. Artinya bukan perusahaan yang sangat besar atau tidak bisa disebut sebagai perusahaan kecil. Meskipun demikian, keberhasilan IER dalam mengembangkan teknologi patut mendapat acungan jempol.

Kembali ke tanah air, Bukit Asam sendiri belum memasukkan pengembangan ini sebagai pengeluaran modal (capital expenditure-capex) tahun anggaran 2014. Milawarma mengatakan penyebabnya adalah kerjasama dilakukan di tahun berjalan, atau bukan merupakan pengembangan limpahan dari tahun sebelumnya.

Bukit Asam akan tetap menggunakan anggaraninternal. Pihak direksi juga belum memutuskan bentuk bisnis dari kerjasama ini akan berujung seperti apa. Terdapat beberapa kemungkinan muara dari itu semua, dari mulai opsi terburuk hanya menggunakan teknologinya saja, atau Bukit Asam dapat memiliki teknologi yang hak patennya dimiliki IER.

Opsi yang lebih tinggi lagi Bukit Asam dapat memiliki teknologi dan turut mengelola tambang dengan cadangan batubara di Australia Selatan yang mencapai kurang lebih 16 miliar ton. Ini berarti, menjadi sebuah tantangan yang harus ditunjukkan pada waktu rembug selama uji coba berlangsung. Dengan kata lain, dinamikanya akan berlangsung selama tahun ini berjalan. Menanggapi hal tersebut Milawarma optimistis untuk mengoptimalkan kemampuan perusahaan.

“Cash kita kan masih Rp3,5 triliun, tapi kan karena waktu itu belum ada langkah gede,” ujarnya. (BERSAMBUNG)

 

Sumber: Majalah Warta Ekonomi Nomor 10 Tahun 2014

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: https://wartaekonomi.co.id/author/jajang
Editor: Arif Hatta

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: