Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Infrastruktur Jadi Obat di Tengah Lesunya Ekonomi

Warta Ekonomi -

WE Online, Jakarta - Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga siap berperan dalam mendorong pergerakan roda perekonomian di tengah lesunya kondisi saat ini.

Dengan alokasi anggaran tahun 2015 senilai Rp 56 triliun, Ditjen Bina Marga akan terus bekerja keras dalam membangun dan menangani jalan serta jembatan di Indonesia untuk memberikan multiplier effect kepada perekonomian nasional.

"Untuk mencegah perekonomian Indonesia sakit, pemerintah harus beri dorongan. Penyerapan anggaran khususnya infrastruktur harus terus tumbuh. Dengan penyerapan yang baik akan memberikan kepercayaan kepada pihak swasta," kata Direktur Jenderal (Dirjen) Bina Marga Hediyanto Husaini di Jakarta, Rabu (2/9/2015).

Menurut Hediyanto, kepercayaan sektor swasta terhadap pemerintah akan berpengaruh besar untuk memberikan efek psikologis positif terhadap perekonomian. Ia menjelaskan bahwa dengan anggaran lebih dari Rp 50 triliun maka Ditjen Bina Marga merupakan salah obat yang dibutuhkan perekonomian dan masyarakat saat ini.

"Kita jangan hanya lihat angka Rp 50 triliunnya, namun multiplier effect-nya bisa mencapai 4-5 kali lipat yang artinya senilai Rp 200 triliun. Infrastruktur selalu menjadi obat di tengah lesunya ekonomi suatu negara. Perancis membangun rel kereta api yang sangat panjang saat perekonomiannya lemah, begitu pula Tiongkok," tegasnya.

Progres penyerapan anggaran Ditjen Bina Marga sendiri, lanjutnya, hingga 1 September sebesar 34,38%. Angka tersebut meningkat 10% dalam satu bulan terakhir. Pada akhir September, Dirjen Bina Marga menargetkan angka penyerapan akan menyentuh 59% dan pada akhir Oktober sebesar 75%.

Hediyanto menolak target penyerapan moderat sebesar 93% pada akhir tahun dan mematok penyerapan 100% kepada seluruh jajarannya.

"Jangan ada di pikiran target penyerapan Bina Marga hanya 93%, deviasi 7% itu sangat besar manfaatnya untuk pereknomian saat ini. Harus 100%," tegasnya.

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: