Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Ramadan Mampu Tingkatkan Kedatangan Wisatawan

Warta Ekonomi, Jakarta -

Penelitian terbaru dari MasterCard dan CrescentRating yang dirilis pada pertengahan Juni kemarin, membuktikan bahwa banyak tujuan wisata yang akan merasakan dampak peningkatan kedatangan wisatawan sehubungan dengan meningkatnya umat Muslim yang bepergian wisata selama bulan puasa.

Selama bulan Ramadan yang diperkirakan akan hadir mulai dari bulan Juni hingga bulan Februari selama periode 15 tahun mendatang, berbagai destinasi wisata di dunia akan menjadi tujuan menarik bagi para wisawatan Muslim, menurut data dan analisis yang diungkapkan melalui hasil penelitian perdana MasterCard-CrescentRating Ramadan Travel Report 2016.

Sebanyak 50 tujuan wisata di seluruh dunia dianalisis dalam penelitian ini dan mengacu pada tiga kriteria, yakni suhu rata-rata pada siang hari, durasi waktu berpuasa dan nilai Global Muslim Travel Index 2016 selama lebih dari 15 tahun hingga tahun 2030.

Penelitian ini merupakan penelitian pertama diantara penelitian sejenis lainnya yang memberikan wawasan dan informasi yang sangat bermanfaat bagi negara destinasi serta pelaku bisnis dalam industri pariwisata tentang bagaimana mereka bisa mengembangkan strategi jangka menengah hingga jangka panjang untuk menarik dan memenuhi kebutuhan wisatawan Muslim selama bulan Ramadan di tahun-tahun mendatang.

Mulai dari tahun ini hingga tahun 2020, Malaysia menempati peringkat teratas dalam daftar negara destinasi terbaik diikuti oleh Indonesia, sementara Singapura berada di peringkat ketiga. Penelitian ini juga mengindentifikasi beberapa alasan mengapa Malaysia menduduki daftar peringkat tertinggi, termasuk strategi pemasaran untuk menarik wisatawan Muslim.

Mulai tahun 2023, bulan Ramadan diperkirakan akan jatuh pada bulan-bulan dengan iklim yang lebih dingin, negara-negara destinasi di Timur Tengah seperti Uni Emirat Arab, Qatar dan Oman akan menjadi tujuan wisata menarik bagi para wisatawan Muslim. Hasil penelitian ini juga menunjukkan bahwa hal ini akan berimbas positif pada negara-negara seperti Yordania, Mesir, Maroko, dan Tunisia.

Sebagai konsekuensinya, tren tersebut akan membuat negara-negara Non-Islam (non-OIC) dan kawasan Asia Tenggara akan dilihat sebagai destinasi yang kurang menarik dan akan mengalami penurunan kedatangan wisatawan mulai tahun 2030.

"Wisata Ramadan kurang mendapatkan perhatian oleh industri terkait, meskipun terdapat tren yang terus berkembang dalam beberapa tahun terakhir," ujar Fazal Bahardeen, CEO of CrescentRating & HalalTrip dalam keterangan resminya di Jakarta, Jumat (1/7/2016).

Meskipun demikian, laporan ini mengungkapkan beberapa temuan informasi dan pandangan menarik terutama bagi negara-negara di kawasan Asia Pasifik dan Timur Tengah.

Umat Muslim yang bepergian di bulan Ramadan menjadi sebuah tren yang berkembang dan hal tersebut menjadi salah satu yang dapat memberikan keuntungan bagi negara-negara tersebut, melalui pemasaran dan perencanaan destinasi strategis yang dilakukan oleh otoritas pariwisata setempat.

"Sebagai salah satu sektor pariwisata dengan pertumbuhan tercepat di dunia, pasar wisata Muslim membawa peluang yang sangat besar. Sejumlah pemerintah meningkatkan upaya untuk menarik lebih banyak wisatawan Muslim ke negara mereka. Dengan bepergian selama bulan Ramadan yang juga diperkirakan akan tumbuh pada dekade berikutnya, MasterCard-CrecentRating Ramadan Travel Report terbaru ini akan menjadi sebuah hasil penelitian yang berharga bagi perusahaan dan pemerintah dalam membantu mereka untuk mendapatkan pemahaman yang lebih baik mengenai kebutuhan dan pilihan dari wisatawan Muslim, serta bagaimana mereka dapat beradaptasi untuk menyediakan produk dan layanan yang sesuai bagi para wisatawan tersebut selama bulan suci Ramadan," ujar Safdar Khan, Group Country Manager, Indonesia, Malaysia and Brunei; Group Head, Islamic Payments, Southeast Asia.

Enam kunci utama pendorong pertumbuhan tersebut telah diidentifikasi dalam laporan penelitian yang nantinya akan berkontribusi terhadap peningkatan jumlah wisatawan Muslim selama bulan Ramadan.

Faktor pendorong tersebut termasuk pertumbuhan jumlah peziarah ke Arab Saudi untuk menunaikan ibadah Umrah, perjalanan bisnis, menghabiskan Ramadan bersama keluarga, merasakan Ramadan dalam lingkungan dan budaya yang berbeda, merayakan Idul Fitri bersama keluarga dan kondisi cuaca ekstrim yang tidak menentu.

Terlepas dari tiga kriteria yang digunakan untuk analisa ini, Mekah dan Madinah (Arab Saudi), tetap menjadi  destinasi teratas dari sudut pandang agama. Oleh karena itu,  Saudi Arabia dikeluarkan dari daftar peringkat negara tujuan wisata muslim dan dipisahkan dari analisa mengenai bagaimana perjalanan Ramadan dapat membantu untuk mendorong upaya dalam mencapai Vision 2030.

MasterCard-CrescentRating Global Muslim Travel Index 2016 mengungkapkan bahwa di tahun 2015 terdapat sekitar 117 juta kedatangan wisatawan Muslim secara global, mewakili hampir 10 persen dari keseluruhan pasar wisata.

Hal ini diprediksi akan tumbuh mencapai hingga 168 juta pengunjung pada tahun 2020, setara dengan 11 persen dari segmen pasar dengan nilai yang diproyeksikan melebihi US$ 200 milyar.  Malaysia menduduki peringkat tertinggi dalam daftar negara destinasi wisatawan Muslim tersebut untuk dua tahun berturut-turut, sementara Uni Emirat Arab, Turki, Indonesia dan Qatar melengkapi daftar peringkat lima besar dari kategori Negara-negara Islam (OIC).

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo

Tag Terkait:

Advertisement

Bagikan Artikel: