Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Pemerintah Diminta Fokus pada Reindustrialisasi

Pemerintah Diminta Fokus pada Reindustrialisasi Kredit Foto: Sufri Yuliardi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Ketua Bidang Ekonomi, Bisnis, dan Keuangan Rembuk Nasional 2016 Hendri Saparini meminta pemerintah fokus pada upaya reindustrialisasi sebagai komponen potensial untuk mendorong pertumbuhan ekonomi di masa depan.

"Kami mengambil topik reindustrialisasi di Indonesia karena itu yang menjadi permasalahan utama kita saat ini. Dahulu kita memiliki industri yang kompetitif dengan 'share' besar terhadap PDB dan ekspor, namun sekarang sektor industri cenderung menurun," kata Hendri di Jakarta, Senin (24/10/2016).

Kontribusi sektor pengolahan atau manufaktur terhadap pertumbuhan ekonomi nasional cenderung melemah, yakni berkisar 20 persen, padahal pada 2001 sempat mencapai 29 persen.

Dengan rata-rata pertumbuhan ekonomi 5,5 persen pada 2011-2015, ekspor manufaktur Indonesia menjadi yang terendah di ASEAN pada 2014, yakni 40 persen dari total komoditas ekspor, sementara Thailand tertinggi dengan 73 persen, disusul Vietnam 72 persen, dan Malaysia 62 persen.

Berdasarkan hasil diskusi antara para pemangku kepentingan dalam acara yang diselenggarakan untuk memperingati dua tahun pemerintahan Jokowi-JK itu dihasilkan beberapa rekomendasi bagi pemerintah untuk meningkatkan peran sektor industri di Tanah Air.

Pertama, memilih strategi industri prioritas berdasarkan sektor-sektor unggulan supaya perencanaan SDM dapat lebih terfokus.

Kedua, melanjutkan penyederhanaan perizinan. Pasalnya, proses perizinan yang masih parsial dirasa merugikan pelaku usaha.

"Misalnya perizinan hotel ternyata izinnya sendiri mulai dari lift hingga domisili, itu pun harus diperpanjang setiap tahun, padahal hotelnya bisa beroperasi puluhan tahun," ujar Hendri.

Ketiga, perlu ada perbaikan tarif untuk mewujudkan daya saing.

Keempat, perlunya infrastruktur pendukung reindustrialisasi yang mendekati sumber energi. Dalam hal ini, pemerintah harus berani membangun pusat-pusat industri selain di Jawa dan Bali.

Kelima, pengembangan SDM yang lebih terencana karena selama ini pengelolaan SDM tidak pernah memperhatikan kebutuhan pasar.

Keenam, menyediakan pembiayaan industrialisasi dari sektor perbankan maupun non-bank.

"APBN tidak hanya tentang alokasi anggaran, tetapi juga kebijakan pajak. Kebijakan pajak tidak bisa hanya dianggap sebagai sumber pendapatan negara melainkan instrumen pertumbuhan ekonomi, sehingga pemerintah harus cermat menentukan sektor mana yang harus dipajaki rendah dan tinggi," tutur Hendri.

Ketujuh, mengarusutamakan pertanian baik untuk mendukung industri maupun ketahanan pangan.

Kedelapan, sinergi antara BUMN, UMKM, dan swasta. Selain menunjukkan peran melalui keterlibatan BUMN, negara juga harus hadir lewat berbagai kebijakan untuk mengatur pasar sehingga industri Indonesia lebih berdaya saing. (Ant)

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Editor: Vicky Fadil

Advertisement

Bagikan Artikel: