Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Government
Video
Indeks
About Us
Social Media

Tumbuh Besar Meski dari Minoritas

Tumbuh Besar Meski dari Minoritas Kredit Foto: Warta Ekonomi
Warta Ekonomi, Jakarta -

Menjadi minoritas bukan berarti tidak ada kesempatan untuk besar. Keinginan manusia untuk menunjukkan eksistensi dengan berbagai cara. Suleyman Kerimov salah satunya.

Isu-isu SARA belakangan ini mencuat di Indonesia, khususnya Jakarta. Pemilihan kepala daerah DKI Jakarta diwarnai dengan "perang" isu SARA. Salah satu calon dan juga incumbent kala itu, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok berasal dari etnis minoritas Tionghoa dan nonmuslim dipukul mundur alias kalah dalam "pesta demokrasi" tersebut. Kebhinekaan dan pluralitas menjadi barang yang sangat mahal dengan insiden yang menyeret SARA menjadi isu yang semakin menggelembung besar.

Sebenarnya, berbicara harmoni dari perbedaan, Indonesia seharusnya tidak perlu belajar ke mana-mana. Indonesia sudah sejak lahir dengan perbedaan tapi dapat bersinergi. Namun, tak ada salahnya untuk melihat keberagaman dan harmonisasi di negara lain.

Inggris, negara dengan penduduk sekitar 65 juta jiwa ini terdiri dari 87,5% kulit putih; 6% Asia Selatan, 2,9% kulit hitam; 1,9% ras campuran; 0,8% Cina; dan 0,8% lain-lain. Mayoritas penduduk negara ini beragama Kristen, sebanyak 72%, sementara penduduk muslim sebagai minoritas hanya 4,6% atau sekitar 3 juta jiwa. Siapa pun mendapatkan kesempatan menjadi sesuatu. London sebagai ibu kota negara ini memiliki wali kota muslim.

Sadiq Khan, resmi terpilih sebagai Wali Kota London pada 7 Mei 2016. Ia merupakan wali kota muslim pertama di London. Pria yang kini berusia 46 tahun ini merupakan anak dari seorang sopir bus yang hidup di rumah subsidi selama kurang lebih 25 tahun. Beruntung Sadiq dan semua saudara kandungnya mendapatkan pendidikan yang sangat bagus di sekolah negeri. Namun latar belakang kehidupannya tersebut tidak memupuskan semangat Sadiq untuk menimba ilmu dan mempelajari ilmu hukum di Universitas London Utara. Sadiq muda sangat senang berargumen dan menggandrungi program televisi LA Law.

Selepas kuliah, Sadiq menjadi pengacara dan membuka firma hukum bersama mitranya. Firma Christian Khan?beroperasi dari 1997?2005 dan mempekerjakan sekitar 50 orang pegawai. Dengan karier sebagai pengacara hak asasi manusia, Sadiq menangani kasus-kasus gugatan terhadap polisi, perselisihan kerja, hukum yang diskriminatif, dan kejahatan terhadap kelompok minoritas.

Susunan demografi Kota London sendiri tergolong unik. Satu dari delapan warganya adalah penganut agama Islam. Artinya, 12,5% populasi London adalah pemilih potensial berbasis agama untuk Sadiq. Sementara penduduk kulit putih keturunan Inggris di London hanya separuh dari total populasi, sebanyak 8,6 juta jiwa.

Menurut Sadiq, London merupakan kota terbaik untuk hidup sebagai seorang muslim. London merupakan kota yang sangat tepat untuk membesarkan anak-anaknya karena hukum di London melindungi mereka dari tindakan diskriminasi.

"Hukum di sini telah melindungi hak-hak saya, misalnya saya ingin berwudu dan salat. Saya bisa memanjangkan janggut dan bila istri memang berkehendak, ia bisa saja mengenakan hijab tanpa harus mengalami diskriminasi atau intimidasi," ujar Sadiq.

Sebagai minoritas, Sadiq Khan tidak ragu untuk terjun ke dunia politik. Karier politik di tingkat nasional Sadiq Khan mulai dibangun pada tahun 2005, ketika ia memenangkan pemilu untuk Partai Buruh di daerah pemilihan Tooting. Di tahun yang sama, ia mendapatkan penghargaan "Pendatang Baru Terbaik" dalam pemilihan anggota parlemen teladan versi majalah The Spectator.

Sadiq mempertahankan daerah pemilihannya di Tooting dalam pemilu 2010 dan 2015, meskipun tahun 2015 merupakan masa sulit Partai Buruh. Dengan prestasi yang gemilang di dunia politik, ia dianugerahi penghargaan "Politisi Terbaik Tahun 2016" oleh British Muslim Awards. Karier politik Sadiq bisa dibilang melejit. Di era Perdana Menteri Gordon Brown (2009), ia dipercaya menjadi menteri transportasi sekaligus muslim dan keturunan Asia pertama yang masuk dalam kabinet pemerintahan Inggris.

Minoritas lainnya yang berhasil survive dan menjadi sosok yang memiliki peran penting adalah Suleyman Kerimov. Pengusaha di Rusia ini membuktikan kebolehannya sebagai pengusaha yang sukses dan berpengaruh. Rusia yang memiliki penduduk sekitar 147 juta jiwa ini mayoritas penduduknya pemeluk Kristen Ortodoks. Presiden Rusia Vladimir Putin menyatakan Islam tradisional sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan spiritual Rusia. Putin menekankan bahwa selama berabad-abad lamanya, tradisi Islam telah berkembang di Rusia dan pemerintah terus membantu pengembangan teologi Islam.

Pernyataan Putin secara tidak langsung mencerminkan posisi Pemerintah Rusia yang tidak diskriminatif kepada salah satu kepercayaan, agama, ataupun golongan. Pada sebuah konferensi pers yang berlangsung Desember 2016, Putin juga mengatakan bahwa dia menentang penggunaan kata Islam dan teror secara bersamaan.

Hidup sebagai kelompok yang tidak mayoritas tidak menghalangi seseorang untuk menjadi pebisnis sukses. Di negara ini ada nama Suleyman Kerimov yang kekayaannya sejajar dengan miliarder dunia. Pria 51 tahun ini justru bisa dibilang mendapat keberuntungan karena kedekatannya dengan pemerintah. Suleyman Kerimov sebagai miliarder di Rusia dikenal sebagai pribadi yang royal dan doyan pesta. Kerimov sering menyelenggarakan pesta-pesta mewah yang melibatkan pesohor dunia, selebritis, para bankir, pejabat pemerintah, dan taipan. Sekali pesta, ia bisa menghabiskan US$10 juta.

Bahkan pria yang juga dikenal sebagai pemilik klub sepak bola Anzhi Makhachkala ini pernah menghadiahi salah satu pemain di klubnya, Roberto Carlos, sebuah mobil super mewah Bugatti Veyron senilai US$3 juta, saat pemain tersebut mempersembahkan tropi liga untuk klub.

Kendati demikian, Kerimov tetaplah sosok yang religius. Demi melaksanakan kewajibannya sebagai muslim, dia mempunyai permintaan khusus kepada pihak penyelenggara kompetisi agar meniadakan pertandingan untuk klub Anzhi Makhachkala pada hari Jumat. Alasannya karena pada hari tersebut adalah hari suci bagi umat Islam dan para pria wajib untuk menunaikan ibadah salat Jumat.

Petisi tersebut diterima oleh Vitali yang menjabat sebagai presiden asosiasi. Keputusan Vitali tersebut didasarkan pada semangat pluralisme yang saat ini memang sedang digencarkan di negara yang dahulu bernama Uni Soviet ini. Setelah permintaan disetujui, Anzhi memainkan laga melawan Terek Grozny pada hari Sabtu (22/04/2017). Dia juga tidak antipati dengan pemerintah. Itu ditunjukkan dengan aksinya menjadi donatur utama renovasi Masjid Agung Moskow.

Dari total biaya renovasi US$170 juta, anggota Dewan Federasi dari Dagestan ini menyumbang US$100 juta. Masjid yang juga disebut Katedral Moskow dengan kubah setinggi 46 meter dan menara 72 meter ini didirikan pada 1904 dan telah direstorasi mulai tahun 2005, dan kini memiliki luas 19.000 meter persegi dan dapat menampung 10.000 jemaah. Selain itu, Suleyman juga mendirikan Yayasan Suleyman Kerimov pada tahun 2007 untuk memfokuskan upaya filantropisnya dalam membantu kaum muda yang kurang beruntung, terutama dengan bekerja sama dengan mitra dan organisasi lainnya. Sejak itu yayasan telah mendukung organisasi dan proyek di bidang kedokteran, olahraga, agama, infrastruktur, dan pelayanan sosial.

Sumber: Majalah?Warta Ekonomi?Edisi VI

Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

Penulis: Agus Aryanto
Editor: Cahyo Prayogo

Advertisement

Bagikan Artikel: