WE Online, Jakarta - PT Saranacentral Bajatama Tbk (BAJA) mengalokasikan dana belanja modal (capital expenditure/capex) sebesar Rp 100 miliar pada tahun ini.
"Capex Rp 100 miliar tapi akan kami lakukan bertahap. Ini untuk tingkatkan kapasitas dan kualitas," ujar Direktur Utama Saranacentral Bajatama, Handaja Susanto, di Jakarta, Senin (7/6/2016).
Handja mengatakan bahwa perseroan akan menggunakan dana capex untuk melakukan peningkatan kapasitas produksi baja lapis seng dengan merek "Saranalume" dan baja lapis warna dengan merek "Sarana Color". Dimana, saat ini kapasitas produksi pabrik baja lapis seng yang berlokasi di Karawang Timur tersebut sebesar 55 ribu ton per tahun.
"Ini akan kita tingkatkan jadi 80 ribu ton per tahun dengan modifikasi," ungkapnya.
Sementara untuk baja lapis warna, Handaja mengungkapkan saat ini tingkat utilisasi pabrik baru sebesar 20 persen atau 3.000 ton per tahun. Karena banyaknya permintaan, maka perseroan berencana untuk meningkatkan utilisasi pabrik baja lapis warna hingga 70-80 persen atau menjadi 10.500-12.000 ton per tahun. "Tahun ini juga kita akan tingkatkan. Kita mau jadi 70-80% utilisasinya," tutur Handaja.
Adapun, nantinya dana capex yang perseroan gunakan untuk menigkatkan kapasitas pabrik akan berasal dari dana kas internal perusahaan. Meski di akhir tahun 2015 perseroan mengalami rugi Rp 9,33 miliar, namun optimis di sepanjang tahun ini akan membukukan laba.
"Dananya kita sementara ada rugi tapi ini karena rugi kurs, tapi akan dari kas internal. Sementara belum ada pinjaman perbankan," tukasnya.
Pasalnya, hingga kuartal pertama perseroan berhasil membukukan laba sebesar Rp5,89 miliar dikuartal pertama 2016. Dengan pendapatan Rp192,78 miliar turun 40,40 persen dibandingkan dengan pencapaian periode yang sama sebelumnya, yakni Rp 323,50 miliar.
Namun pada sisi lain, perseroan mengalami keuntungan kurs mata uang asing hingga Rp 17,59 miliar. Padahal, pada periode yang sama sebelumnya, perseroan justru mengalami rugi bersih hingga Rp25,28 miliar.
Keuntungan yang diperoleh dari selisih kurs tersebut turut membuat perseroan bisa membukukan laba tahun berjalan senilai Rp 5,89 miliar. Sementara, pada periode yang sama sebelumnya, perseroan mencatat rugi tahun berjalan Rp4,35 miliar.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Annisa Nurfitri
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: