Co-founder Travelio Christina Suriadjaja memiliki keinginan besar menjadikan Travelio sebagai perusahaan yang besar. Berikut ini petikan wawancara Redaksi Warta Ekonomi dengan Christina:
Kemana fokus pasar Travelio?
Kita akan perkuat di low-mid market. Dari dulu pas kita launch kita fokusnya ke hostel, kos-kosan sampai hotel bintang lima. Tapi responsnya itu low middle market. Bintang tiga ke bawah. Kita fokus kesitu. Inventorinya juga low to mid market. Itu mass market.
Apakah marginnya lebih tinggi disitu?
Iya karena bargaining power-nya kita lebih tinggi dengan brand-brand yang belum terlalu terkenal. Kalau dengan bintang lima marginnya juga kecil.
Siapa saja shareholder-nya?
Enam puluh persen pendirinya. Saya dan teman-teman saya, berempat. Empat puluh persennya SSI (Surya Semesta Internusa).Tapi nanti akhir April kita akan ada dana baru. Investornya dari luar.
Buat apa dana investasinya?
Untuk ekspansi inventorinya. Enam puluh persen untuk inventorinya dan empat puluh persen untuk pemasaran.
Seperti apa milestone Travelio?
Paling akhir 2017 inventorinya tambah 14 ribu domestic. Setiap bulan, internasional kita nambah 2000.
Berapa jumlah member-nya sekarang?
Sekarang kita member-nya sudah 45 ribu. Yang aktif mungkin sekitar 32 ribu
Bagaimana engagement dengan member, bagaimana marketing-nya?
Kita marketing bagi dua. Untuk new customer acquitition. Dan satu lagi untuk optimize customer yang ada. Sebanyak 60% untuk optimisasi dan 40% untuk cari yang baru. Soalnya kita mikir optimisasi yang sudah tahu kita lebih powerful daripada orang baru yang tidak kenal. Soalnya kita punya customer yang booking sudah 30 kali padahal kita baru launch 1 tahun.
Adakah rencana meluas ke MICE?
Kita accommodation, akomodasi. Ada yang nanya pesawat, tapi pesawat marjinnya kecil banget. Kalau akomodasi kan marginnya bisa sampai 10-30% per orang beli.
Siapa profil pembeli di Travelio?
23-35 tahun. Lebih ke leisure. Tapi yang lebih sering traveling.
Siapa competitor head to head?
Raja Kamar kali ya. Agoda.
Selain bisa tawar menawar apa yang ditawarkan?
Kita sudah ada Beta Concierge Service. Jadi itu personal assistant/personal traveling assistant. Kayak chatting buat mencarikan hotel. Nanti kita carikan, kita kasih rekomendasi. Nanti bisa booking juga.
Itu komunikasinya dengan siapa?
Ke kita. Dengan komputer dulu. Kita sekarang lagi programming artificial intelligence. Jadi kita sedang pelajari komputer buat mengerti language orang. Nanti komputer yang balas, baru nanti ke customer service. Kita juga masuk kompetisi IBM di Singapura.
Itu arahnya buat apa?
Itu buat engagement. Sekarang kalau ada apps itu lebih powerful. Kadang kan orang juga males cari-cari, booking sendiri, jadi kita juga grab market itu juga.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Arif Hatta
Editor: Arif Hatta
Tag Terkait: