Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Senin Besok, China-Rusia Gelar Pelatihan Bersama Angkatan Laut di LCS

        Warta Ekonomi, Beijing -

        China dan Rusia akan menyelenggarakan pelatihan angkatan laut selama delapan hari di Laut China Selatan di lepas pantai Guangdong sejak Senin, kata angkatan laut China.

        Pelatihan itu dilaksanakan pada saat ketegangan meningkat di perairan sengketa itu setelah pengadilan arbitrase di Denhaag mengeluarkan keputusan pada Juli, yang menyebutkan China tidak memiliki sejarah hak terhadap Laut China Selatan dan mengkritik penghancuran lingkungan di tempat itu.

        China menyangkal keputusan itu dan menolak terlibat dalam perkara tersebut.

        Pelatihan "Laut Gabungan 2016" itu akan mengerahkan sejumlah kapal permukaan, kapal selam, pesawat, helikopter dan marinir, kata angkatan laut China dalam laman mereka pada Minggu (11/9/2016).

        Kedua negara itu akan menjalankan sejumlah operasi pertahanan, penyelamatan dan anti-kapal selam, begitu pula dengan "perebutan pulau" dan sejumlah kegiatan lainnya, tambahnya.

        Marinir akan berpartisipasi dalam sejumlah operasi latihan tembakan nyata, pertahanan pulau dan pendaratan dalam apa yang akan menjadi operasi terbesar yang pernah dilakukan oleh angkatan laut kedua negara itu secara bersama, pernyataan itu menyebutkan.

        China mengumumkan bahwa mereka telah mengajukan latihan angkatan laut "rutin" pada Juli, mengatakan bahwa latihan itu ditujukan untuk memperkuat kerjasama dan bukan diarahkan kepada negara lainnya.

        China dan Rusia merupakan para anggota Dewan Keamanan PBB dengan hak vero, dan memiliki pandangan yang sejalan terhadap sejumlah isu besar seperti krisis di Suriah, yang seringkali menjadikan mereka berselisih paham dengan Amerika Serikat dan Eropa Barat.

        Pada tahun lalu, mereka menyelenggarakan sejumlah latihan militer di Laut Jepang dan di Laut Mediterania.

        China mengklaim sebagian besar Laut China Selatan, yang dilewati oleh kapal-kapal perdagangan senilai lima triliun dolar Amerika tiap tahunnya. Brunei Darussalam, Malaysia, Filipina, Taiwan dan Vietnam juga memiliki klaim yang bertabrakan.

        China berulang kali menyalahkan Amerika Serikat karena memperbesar ketegangan di lokasi itu dengans ejumlah patroli militer yang mereka lakukan, dan karena berpihak dalam perselisihan itu.

        Amerika Serikat berusahan untuk memastikan kebebasan bernavigasi mereka di Laut China Selatan dengan sejumlah patroli mereka, dan menyangkal pernyataan yang menyebutkan bahwa mereka berpihak kepada negara tertentu dalam sengketa terkait.?Rusia adalah pendukung kuat China dalam perkara arbitrase itu, yang diajukan Filipina. (Ant)

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Vicky Fadil

        Bagikan Artikel: