Pohon bambu dengan cepat mengubah status ekonomi petani yang tinggal di Kabupaten Vihiga di bagian barat Kenya.
Victor Shiribwa, mantan kepala logistik dan transportasi di satu perusahaan di Ibu Kota Kenya, Nairobi, meninggalkan pekerjaannya beberapa tahun lalu untuk sepenuhnya menekuni pertanian bambu.
"Saya memulai pertanian bambu pada 2007 sebagai hiburan dan mempercantik rumah saya. Kami membeli sebidang tanah yang dikiri orang tak berguan sebab kondisinya sangat becek. Jadi kami menanam bambu untuk mengendalikan erosi tanah," kata Shiribwa sebagaimana dikutip dari laman Xinhua di Jakarta, Minggu (18/9/2016).
Petani yang berusia 43 tahun tersebut memulai usahanya dengan menanam 50 bibit bambu dan belakangan menambah jumlahnya.
"Kami menyadari pohon tersebut sangat cepat tumbuh dan memutuskan untuk menambahnya jadi 500 pohom bambu," katanya.
Pada 2010, Shiribwa membaca di Internet bagaimana bambu menjadi industri sangat besar terutama di negara Asia Timur-Jauh. Karena terilhami oleh kemampuan tumbuhnya yang cepat, ia menebang semua pohon kayu putih di pertaniannya untuk menciptakan ruang guna menanam kebun bambu.
Usahanya dimulai dengan pertanian rumah kaca, lalu tabung pembibitan dan akhirnya pemindahan ke lahan yang diberi jaring, demikian laporan Xinhua. Pembibitan itu memerlukan waktu satu bulan lagi di tempat teduh di bawah jaring untuk menyesuaikan dengan lingkungan dan belakangan menanam pohon tersebut di ladang terbuka.
Kematangan pohon bambu tergantung atas lingkungan sekitarnya dan diperlukan waktu sekitar tujuh tahun untuk matang sementara di dataran rendah pohon itu matang dalam waktu tiga tahun. Pada Agustus 2013, Shiribwa dan istrinya menyebarkan gelombang pertama 3.000 bibit bambu. Mereka beruntung sebab ada program lingkungan hidup yang dipimpin oleh Bank Dunia untuk menanam pohon.
"Kami berbicara dengan mereka apakah mereka dapat memperoleh benih pohon bambu. Kami menjual semua 3.000 bambu dengan harga 3,2 dolar AS per pohon," kata Shiribwa.
Mendapat dorongan, pasangan itu menyebarkan sebanyak 16.000 benih lagi, yang bisa mereka jual kepada organisasi yang berdasarkan masyarakat.
"Kami sekarang telah mulai menjual pohon bambu ke masyarakat lokal sebab mereka mendapat bantuan keuangan untuk meningkatkan penanaman pohon bambu.
Sejauh ini, ia telah menjual kepada 47 organisasi yang berdasarkan masyarakat di Kabupaten Vihiga dan berencana bergerak ke kabupaten lain yang bertetangga. Pohon bambu menghasilkan 50 sampai 100 anakan dan satu acre lahan bisa ditanami 215 benih. Petani mampu menanami lahan tersebut selama 100 tahun ke depan. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: