Asosiasi Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) merasa khawatir dilanjutkannya pembangunan gardu tol otomatis (GTO) hingga akhir tahun 2016 akan mengakibatkan puluhan ribu pekerja kehilangan pekerjaan.
"Pemerintah seharusnya menyediakan lapangan pekerjaan yang berkelanjutan bukan menghadirkan pengangguran. karena itu Aspek meminta Presiden Jokowi agar memenuhi aspirasi penolakan gardu tol otomatis," ujar Presiden Serikat Pekerja Indonesia (Aspek) Mirah Sumirat di Jakarta, Selasa (27/9/2016).
Aspek khawatir sekitar 25.000 pekerja tol akan mengalami pemutusan hubungan kerja (PHK) sehingga menambah jumlah pengangguran di Indonesia.
Otomatisasi gardu tol sudah mulai dilakukan sejak tahun 2012 dengan target 80 persen namun hanya tercapai 40 persen.
Menteri pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimoelyono menginginkan agar pembangunan gardu tol otomatis (GTO) 100 persen selesai pada tahun 2018.
"Rencana otomatisasi seluruh gardu tol semakin dipertegas oleh Kementerian BUMN sehingga otomatisasi seluruh pintu tol harus selesai paling lambat akhir tahun 2016," katanya.
Mirah juga mempertanyakan mengapa rencana otomatisasi gardu tol tidak pernah dikaji dan dibicarakan terlebih dahulu, baik secara akademis maupun penelitian termasuk kepada serikat pekerja.
"Kami tidak pernah dilibatkan dalam pembahasan rencana gardu tol otomatis, padahal pekerja tol telah mendapatkan pelajaran tentang cara melayani pengguna jalan tol," tegas Mirah.
Ia mengingatkan jika serikat pekerja tidak dilibatkan dalam menyelesaikan masalah ini, maka Aspek akan melakukan tindakan lebih lanjut. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: