Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi, bergerak melemah sebesar 14 poin menjadi Rp12.978 dari posisi sebelumnya sebesar Rp12.964 per dolar AS.
Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra di Jakarta, Selasa (11/10/2016), mengatakan bahwa dolar AS mempertahankan penguatannya terhadap mayoritas mata uang utama dunia didukung oleh rencana penaikan suku bunga AS sebelum akhir 2016.
"Dolar AS sempat melemah setelah tenaga kerja Amerika Serikat hanya naik tipis. Namun, permintaan untuk dolar AS masih cukup tinggi karena data itu diperkirakan tidak akan mencegah bank sentral AS (The Fed) untuk menaikkan suku bunga di akhir tahun ini," katanya.
Meski dolar AS menguat, lanjut dia, volume perdagangannya relatif terbatas menyusul sebagian besar bank dan lembaga keuangan di Amerika Serikat tutup untuk libur Columbus.
Sementara itu, ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta mengatakan bahwa nilai tukar rupiah masih bergerak relatif stabil, naiknya harga komoditas menjadi salah satu yang menjaga fluktuasi mata uang domestik.
"Rupiah stabil di bawah level Rp13 ribu dolar AS walaupun ketidakpastian masih tinggi di pasar global, harga komoditas yang menguat menjadi penopang utama," katanya.
Ia menambahkan bahwa harga komoditas yang naik akan menjaga ketersediaan likuiditas dolar AS di dalam negeri serta mendorong ekspektasi pertumbuhan ekonomi yang lebih cepat ke depan.
"Kenaikan tajam harga minyak serta komoditas lainnya bisa menopang rupiah kuat hari ini. Akan tetapi, perlu diingat juga harga minyak yang tinggi biasanya meminta inflasi lebih tinggi," katanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto