Bank Indonesia (BI) menilai pemulihan ekonomi global masih berlangsung lambat dan tidak merata. Ekonomi Amerika Serikat (AS) diperkirakan tumbuh lebih rendah dari proyeksi sebelumnya, sementara Eropa dan India diperkirakan tumbuh lebih tinggi dari perkiraan sebelumnya.
"Prakiraan pertumbuhan ekonomi AS yang lebih rendah tersebut tercermin dari indikator konsumsi yang belum solid dan investasi yang diperkirakan masih mengalami kontraksi," ujar Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara di Jakarta, Kamis (20/10/2016).
Sejalan dengan itu, menurut Tirta, Fed Fund Rate (FFR) diperkirakan hanya akan mengalami kenaikan satu kali pada tahun 2016.? Kondisi ketenagakerjaan Eropa yang membaik telah mendorong kenaikan pendapatan dan menopang perbaikan konsumsi. Di sisi lain, konsumsi di India diperkirakan meningkat didukung oleh kenaikan pendapatan.
"Di pasar komoditas, harga minyak dunia masih pada level yang rendah, sejalan dengan masih tingginya produksi minyak OPEC. Sementara itu, mayoritas harga komoditas ekspor Indonesia mengalami perbaikan, seperti batubara, CPO dan beberapa barang tambang," paparnya.
Lebih jauh Tirta memperkirakan, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada triwulan III 2016 cenderung tidak sekuat perkiraan sebelumnya. Konsumsi terindikasi membaik, meskipun masih terbatas.
"Di sisi lain, perbaikan investasi swasta, khususnya nonbangunan, diperkirakan masih belum kuat, sejalan dengan kapasitas produksi terpasang yang masih cukup besar. Sementara itu, stimulus fiskal diperkirakan masih terbatas, sejalan dengan penyesuaian belanja pemerintah pada semester II 2016," tutup Tirta.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: