Kredit Foto: Reuters/Carlos Barria
VP of Market Research FXTM, Jameel Ahmad menuturkan bahwa pasar mulai melihat bahwa Trump berpeluang menjadi Presiden AS. Investor bahkan mendadak memasuki mode menghindari risiko karena perubahan momentum yang mengatakan bahwa Donald Trump memiliki peluang untuk menjadi pemenang Pemilihan Presiden Amerika Serikat yang akan digelar beberapa hari lagi.
"Pasar mulai memperhitungkan premi risiko akan kemungkinan ini sehingga terjadi penurunan selera risiko secara drastis. Permintaan terhadap aset safe haven seperti Emas dan Yen Jepang pun meningkat tajam," katanya dalam keterangan tertulis yang diterima Senin, (7/11/2016).
Adanya peluang bagi Donald Trump untuk terpilih menjadi Presiden AS masih belum terefleksikan sepenuhnya di pasar, sehingga pasar saham berpotensi semakin melemah dan permintaan akan Emas dan Yen Jepang pun dapat meningkat. Menurut Jameel Semakin kuatnya JPY akan menjadi masalah tersendiri bagi Bank of Japan (BoJ). Bank sentral ini akan sangat terpukul apabila Trump menang karena permintaan JPY akan melonjak drastis dan harapan bahwa Yen dapat melemah sesuai keinginan BoJ pun akan pupus.
"Jika Trump menang, prospek pasar global berpotensi menderita gejolak yang akan tercatat dalam sejarah sebagai momen politik paling mengejutkan di era modern," ujarnya.
2016 adalah tahun yang tidak biasa dengan pilihan Inggris untuk keluar dari Uni Eropa. Hal ini mengakibatkan kejutan besar di seluruh dunia.
"Apabila Trump menjadi Presiden AS, reaksi pasar pun setidaknya akan setara dengan itu. Kita juga menyaksikan melejitnya popularitas Pok?mon di tahun ini, jadi kita tidak bisa mengesampingkan kemungkinan bahwa masih akan ada berbagai kejutan lain di sisa tahun 2016," jelsnya.
Peluang Donald Trump untuk memenangi Pilpres AS kata Jameel, semakin besar. Ia dapat saja menjadi orang paling berkuasa di dunia ini beberapa hari lagi.
Pasar finansial belum merefleksikan kemungkinan tersebut dan masalahnya, para investor pun baru mulai memperhitungkan premi risiko yang ada. Sejarah kembali berulang karena situasi yang persis sama telah terjadi sebelum voting referendum Brexit. Reaksi dari pasar finansial kali ini secara teoretis seharusnya akan jauh lebih parah dan investor akan terus berusaha melakukan tindakan antisipasi untuk mengurangi berbagai risiko yang ada.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Leli Nurhidayah
Tag Terkait: