Kredit Foto: Agus Aryanto
Guru Besar Jurnalistik Universitas Arizona, Alan Weisman, pernah menulis, when we think civilization, we usually picture a city?(ketika kita berpikir tentang peradaban, kita biasanya membayangkan sebuah kota).
Dalam karyanya The World Without Us?(2011), Alan Weisman menyebutkan bahwa hal itu lumrah karena manusia dalam lintasan sejarah keberadaannya telah lama terobsesi dengan bangunan-bangunan kompleks yang saat ini mewujud menjadi kepadaban urbanisasi di kota-kota. Namun sebenarnya yang membentuk suatu kawasan menjadi perkotaan adalah dimulai dengan penemuan ilmu bertani dan beternak sederhana oleh sekelompok manusia.
Mereka, dari awalnya bertempat tinggal berpindah-pindah dengan mencari makanan melalui cara mengumpulkan buah dan berburu, kemudian menemukan cara bagaimana agar mereka tidak usah lagi harus mengembara.
Dengan awalnya membuat suatu tempat menetap untuk menjaga hasil lahan pertanian dan ternak mereka dari pihak-pihak lain yang tidak diinginkan, maka terciptalah sebuah kota yang dihuni umat manusia. Tentu saja pengembangan perkotaan tidak hanya berhenti sebatas pengembangan pertanian dan peternakan. Hal itu terbukti dari adanya Revolusi Industri yang tercipta sejak beberapa abad lalu.
Sejarawan Yuval Noah Harari, dalam karyanya Sapiens: A Brief History of Humankind?(2011), mengingatkan banyaknya perubahan yang terjadi akibat Revolusi Industri yang meledak di Barat. Ambil contoh moda kendaraan. Selama ratusan tahun terakhir, umat manusia telah menciptakan beragam jenis kendaraan, mulai dari kereta kuda hingga kereta api, mobil, pesawat jet berkecepatan suara, hingga roket ulang-alik ke luar angkasa.
Hal itu juga membuat sejumlah perbedaan, seperti pada tahun 1700 industri kendaraan global sangat bergantung kepada pasokan kayu dan besi, namun saat ini telah banyak material baru yang telah tercipta dan dibutuhkan oleh industri tersebut, seperti plastik, karet, aluminium, hingga titanium.
Semua benda baru tersebut dapat tercipta oleh inovasi, dan inovasi itu pula yang mengakibatkan kota terus ada secara berkelanjutan dari zaman dahulu hingga masa sekarang ini. Namun tentu saja, semua kemajuan itu juga memiliki sisi buruknya, seperti gerakan urbanisasi yang semakin "ganas" sehingga PBB memperkirakan proporsi manusia yang tinggal di perkotaan akan mencapai 66 persen dari seluruh populasi pada 2050.
Dalam segi jumlah, PBB memperkirakan bahwa populasi penduduk di urban atau perkotaan akan melebihi 6 miliar pada tahun 2045.
"Mengatur kawasan urban menjadi salah satu tantangan pembangunan yang paling penting pada abad ke-21," kata Direktur Divisi Populasi PBB John Wilmoth, dalam laman resmi PBB.
Menurut John Wilmoth, kesuksesan atau kegagalan dalam membangun kota yang berkelanjutan akan menjadi faktor utama dalam menentukan agenda pembangunan PBB pascatahun 2015. Sejumlah tantangan yang dihadapi negara-negara di kawasan dunia berkembang, antara lain adalah adanya kebutuhan mendesak untuk memenuhi pasokan perumahan, infrastruktur, transportasi, energi, dan lapangan pekerjaan.
Hal yang sangat penting dan sama sekali tidak boleh dilupakan adalah layanan dasar seperti pendidikan dan kesehatan bagi para penduduk. (Muhammad Razi Rahman/Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: