Kredit Foto: Sufri Yuliardi
PT PLN (Persero) akan membangun sebanyak 54 Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) di Regional Maluku dan Papua. Langkah itu dilakukan sebagai realisasi mega proyak 35 ribu MW.
Demi menyokong hal tersebut, Kepala Satuan Gas dan BBM PLN Chairani Rachmatullah menandatangani perjanjian kerja sama dengan Regional Manager Kellog Brown and Root (KBR) Indonesia Keith Garry untuk Pekerjaan Studi Kelayakan pola penyediaan pasokan gas untuk Pembangkit Listrik di seluruh Indonesia dan desain enjiniring untuk Infrastruktur Penyediaan pasokan Gas ke PLTG di Wilayah Indonesia Timur, disaksikan oleh Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan dan Presiden KBR Asia Pasifik Greg Conlon di Kantor Pusat PLN (16/11).
Menurut Direktur Pengadaan PLN Supangkat Iwan, melalui perjanjian kerja sama ini, pihaknya akan mendapatkan sebuah rancangan pola logistik dan desain engineering yang optimal dan terintegrasi untuk pemanfaatan Liquefied Natural Gas (LNG) terutama di Indonesia Timur. "Desain ini merupakan bagian dari rencana pemerintah dalam menciptakan virtual pipeline untuk memasok gas ke Indonesia Timur. Hal ini sangat lah penting karena porsi penambahan pembangkit yang menggunakan gas dalam program 35.000 MW cukup besar yaitu 38% atau 13.400 MW," katanya.
Dikatakan, pemanfaatan gas oleh PLN terdiri dari gas pipa, gas terkompresi (CNG) dan gas cair (LNG). "Ketiganya dapat menggantikan utilisisasi bahan bakar minyak di masa depan. Dalam bauran energi, gas menempati urutan tertinggi kedua pemakaiannya di sektor kelistrikan Indonesia," ujarnya.
Di masa depan, kata dia, penggunaan bahan bakar fosil akan semakin dikurangi dan akan digantikan dengan alternatif lain seperti energi terbarukan dan LNG sehingga porsi penggunaan LNG akan meningkat sekitar 300% pada 2025.
"Keuntungan lain menggunakan gas dibandingkan bahan bakar minyak adalah lebih bersih, ramah lingkungan, dan menurunkan biaya pokok produksi serta operasi pemeliharaannya. Namun kendala utama menggunakan gas ini adalah di transportasi atau logistik, dan penyimpanannya," papar Supangkat.
Oleh karena itu, lanjut dia, perjanjian kerjasama ini akan sangat berguna dalam memastikan pola logistik yang dipilih adalah yang workable, efisien dan memastikan optimalisasi penggunaan gas untuk PLTG khususnya di Indonesia Timur.
"Singkatnya melalui kerjasama ini diharapkan kendala sulitnya transportasi gas ke lokasi pembangkit listrik yang tersebar di beberapa kepulauan di Indonesia dapat teratasi, karena PLN akan mendapatkan pola khusus logistik yang terintegrasi serta dokumen kelayakan pembangunan Terminal LNG untuk seluruh Pembangkit Gas sesuai RUPTL 2016-2025 sehingga dapat mendukung pencapaian target program 35.000 MW," pungkas dia.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Boyke P. Siregar
Tag Terkait: