Pendiri dan CEO Facebook Mark Zuckerberg mengungkapkan rencananya untuk memberantas berita palsu yang bermunculan di jejaring sosial tersebut. Facebook belakangan menjadi sorotan dan memicu kontroversi karena menjadi sarana penyebaran berita hoax, yang dinilai membantu merubah hasil pemilu Amerika Serikat.
Zuckerberg telah memposting rincian dari beberapa proyek untuk menangkal berita bohong, termasuk di dalamnya mengembangkan metode verifikasi dan pendeteksian yang lebih kuat. Sebelumnya ia telah memberikan tanggapannya terhadap kritik mengenai berita hoax yang beredar di Facebook, di mana ia menyatakan bahwa 99 persen berita yang ada di Facebook adalah berdasarkan fakta.
"Kami telah bekerja cukup lama untuk membereskan masalah ini dan kami benar-benar bertanggung jawab dalam menanganinya," ujar Zuckerberg dalam postingannya, seperti dikutip dari laman BBC di Jakarta, Senin (21/10/2016).
Namun, ia mengatakan bahwa permasalahan tersebut sangat rumit, baik secara teknis maupun filosofis. Ia juga menekankan bahwa Facebook tidak ingin mencegah netizen untuk berbagi pendapat di mana hal itu dapat menjadi sebuah penjelasan dari sebuah kebenaran.
Zuckerberg mengatakan bahwa saat ini Facebook tengah mengerjakan tujuh proposal untuk memerangi berita bohong yang lebih ampuh. Termasuk menggunakan sistem pendeteksian dan verifikasi yang lebih kuat dan akan memberikan tanda pada sebuah berita hoax.
Permasalahan ini timbul sejak hasil pemilihan presiden AS pekan lalu, banyak yang mengkritik Zuckerberg karena dengan banyak berita bohong di Facebook membantu kemenangan Donald Trump. Munculnya berita bohong berasal dari situs-situs berita palsu yang bermunculan untuk mengejar keuntungan yang dihasilkan dari iklan.
Para pemasok berita bohong mengatakan isi tulisan yang menyindir dan lucu membuat lebih banyak orang tertarik, sehingga banyak yang mempercayainya dan turut membagikan berita tersebut. Misalnya saja seperti adanya berita yang tersebar luas di Facebook setelah pemilu mengenai actor Denzel Washington yang dikatakan telah memuji Donald Trump, padahal itu tidak benar sama sekali.
Minggu lalu, Google mengumumkan bahwa mereka akan melakukan tindakan pencegahan agar situs berita palsu tidak bisa lagi mengambil keuntungan dari iklan-iklan yang mereka pasang. Tak lama setelah itu tindakan serupa diambil oleh Facebook dengan menggunakan larangan yang sama dalam penggunaan iklan pada layanannya.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: