Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung menyatakan inflasi indeks harga konsumen di daerah itu pada November 2016 masih terjaga pada level yang cukup rendah yakni sebesar 2,15 persen (year to date).
"Inflasi itu masih di bawah Sumatera dan Nasional yang masing-masing sebesar 4,14 persen (ytd) dan 2,59 persen (ytd)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung Arief Hartawan, di Bandarlampung, Jumat (2/12/2016).
Ia menyebutkan, sesuai perkiraan Bank Indonesia Lampung, tekanan inflasi pada November 0,46 persen (month to month) juga tercatat lebih rendah jika dibandingkan dengan periode yang sama dalam 2 tahun terakhir serta secara nasional yang tercatat sebesar 0,47 persen (mtm).
Secara tahunan, inflasi Provinsi Lampung (3,29 persen) juga tercatat lebih rendah dibandingkan dengan Nasional dan Sumatera, yang masing-masing mencapai 3,58 persen (yoy) dan 5,40 persen (yoy).
"Sumber pemicu inflasi November tahun ini terutama bersumber dari gejolak harga cabai merah dan bawang merah," katanya.
Arief mengatakan, terkendalinya tekanan inflasi sampai dengan November didorong oleh menurunnya tekanan inflasi administered prices 0,16 persen (mtm) dan inflasi inti 0,07 persen (mtm) ditengah meningkatnya inflasi pangan yang mencapai 1,49 persen (mtm).
Rendahnya inflasi pada kelompok administered prices disebabkan oleh rendahnya inflasi subkelompok transpor meskipun pada periode yang sama terjadi kenaikan tarif pulsa telepon seluler.
Sementara itu, menurunnya inflasi inti disebabkan terjaganya inflasi kelompok makanan jadi dan berlanjutnya deflasi pada kelompok sandang.
Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Lampung mengatakan kendati secara umum inflasi IHK sampai dengan November 2016 masih terkendali, tetap perlu mewaspadai gejolak harga pada kelompok bahan makanan (volatile food) terutama komoditas bawang merah, cabai merah dan cabai rawit yang menjadi penyumbang inflasi terbesar di bulan November 2016.
"Faktor cuaca merupakan faktor yang mempengaruhi berkurangnya pasokan hortikultura mengingat komoditas bawang merah dan cabai merah sangat rentan terhadap cuaca serta mudah rusak pada saat distribusi." ujarnya.
Selain itu, di beberapa sentra produksi, cuaca yang basah juga mendorong berkembangnya Organisme Pengganggu Tanaman (OPT). Hal ini memerlukan perhatian dan upaya untuk segera mengatasinya. Hal lainnya yang juga perlu menjadi perhatian adalah kecenderungan inflasi beras.
"Meskipun tidak terjadi di Bandarlampung, namun di Kota Metro inflasi beras menjadi salah satu pemicu inflasi di bulan November di tengah produksi beras Provinsi Lampung yang melebihi targetnya," tambah dia. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: