Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Kemenpora Prihatin Penjualan Tiket Laga Timnas Bermasalah

        Kemenpora Prihatin Penjualan Tiket Laga Timnas Bermasalah Kredit Foto: Fourfourtwo.com
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) menyatakan keprihatinan terhadap PSSI yang dianggap tidak cakap dalam mengelola penjualan tiket semifinal leg pertama Piala AFF 2016.

        Dalam keterangannya, Kemenpora melalui Kepala Komunikasi Publik Kemenpora Gatot Dewa Broto mendesak PSSI untuk melakukan tujuh hal.

        "Pertama, PSSI harus memperkecil peluang transaksi penjualan tiket beralih ke tangan para calo. Jika sektor layanan jasa lainnya bisa mengatasi percaloan, seharusnya PSSI juga bisa," tutur Gatot.

        Kedua, Kemenpora mendesak PSSI agar memberikan tindakan tegas kepada oknum-oknum PSSI atau pihak-pihak tertentu yang leluasa bergerak dalam sistem percaloan tiket.

        Ketiga, PSSI diminta tidak membiarkan buruknya pola penjualan tiket dan memperbaikinya meski harus berkoordinasi dengan pihak lain baik dengan mitra lokal maupun internasional.

        Keempat PSSI didesak untuk memastikan jumlah tiket yang dijual atau yang disediakan sesuai dengan kapasitas stadion tempat berlangsungnya pertandingan.

        Kelima, PSSI dituntut meminta pihak Kiostix.com, penjual resmi tiket semifinal Piala AFF di Indonesia, untuk bertanggung jawab atas penjualan tiket.

        Keenam, pihak Kemenpora mendesak PSSI agar dapat memastikan kapasitas "bandwith" memadai jika transaksi jual beli dilakukan dengan sistem daring ("online"), sehingga pelayanan via internet dapat dilakukan dengan normal.

        "Terakhir, berhubung pertandingan semifinal Piala AFF 2016 adalah pertandingan kandang internasional pertama Indonesia di kepengurusan PSSI baru, maka kami menuntut pimpinan PSSI menunjukkan citra positif terkait aspek tata kelola pertandingan, keamanan, jual beli tiket, perlindungan tamu dari Vietnam dan AFF. Semua itu dilakukan dalam konteks reformasi tata kelola persepakbolaan Indonesia supaya menjadi lebih baik dan konstruktif," tutur Gatot.

        Praktik calo terjadi pada penjualan tiket semifinal leg pertama semifinal Piala AFF 2016 Indonesia melawan Vietnam yang ditandingkan di Stadion Pakansari Cibinong, Bogor.

        Mereka memanfaatkan kesempatan setelah PSSI dan pihak penyelenggara lokal memutuskan menjual 10.000 tiket kategori tiga seharga Rp100.000 perlembar dalam bentuk fisik ("offline"), setelah penjualan dari sistem daring ("online") kerap mengalami gangguan.

        Seorang diduga calo tiket semifinal leg pertama Piala AFF 2016, tertangkap tangan miliki 12 lembar tiket pertandingan tersebut. Pria paruh baya bernama Wahyudi tersebut menjual tiketnya dengan harga Rp250.000.

        Padahal, dalam pertemuan dengan para pewarta, PSSI sudah menyatakan pembelian tiket kategori tiga di GBK harus menyertakan KTP atau SIM dan maksimal pembelian empat tiket untuk satu orang, demi menghindari praktik calo.

        Terang saja itu membuat kecewa ratusan calon pembeli tiket di Stadion Gelora Bung Karno. Mereka yang berasal dari berbagai daerah harus rela menghadapi kenyataan 10.000 tiket kategori tiga seharga Rp100.000 harus habis dalam waktu sekitar dua jam setelah loket dibuka pada 08.00 WIB.

        PSSI dan pihak panitia penyelenggara memang menyediakan 10.000 lembar tiket khusus kategori tiga yang dijual secara fisik ("offline") di pintu utara Stadion Gelora Bung Karno, Senayan.

        Panitia penyelenggara sendiri menyediakan tiket dengan tiga kategori yaitu VIP/kategori satu dengan harga Rp300 ribu, kategori dua Rp200 ribu dan kategori tiga Rp100 ribu.

        Untuk VIP, penyelenggara menyediakan 1.500 tiket. Kelas dua ada 4.000 tiket dan kelas tiga 21.000 tiket. Selain "offline", tiket juga dijual secara daring melalui laman kiostix.com.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Bagikan Artikel: