Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Laporan Ketenagakerjaan Bikin Saham Wall Street Bervariasi

        Laporan Ketenagakerjaan Bikin Saham Wall Street Bervariasi Kredit Foto: Reuters/Lucas Jackson
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Saham-saham di Wall Street berakhir bervariasi pada Jumat (Sabtu pagi WIB) setelah bergerak dalam kisaran ketat, karena investor mempertimbangkan laporan ketenagakerjaan yang tidak sepenuhnya sesuai perkiraan. Indeks Dow Jones Industrial Average turun 21,51 poin atau 0,11 persen menjadi ditutup pada 19.170,42 poin. Sementara itu, indeks S&P 500 berakhir naik tipis 0,87 poin atau 0,04 persen menjadi 2.191,95 poin, dan indeks komposit Nasdaq bertambah 4,54 poin atau 0,09 persen menjadi 5.255,65 poin.

        Total pekerjaan "non-farm payroll/NFP" AS (jumlah pekerja yang dibayar di AS dikurangi pekerja dari sektor pertanian, pegawai pemerintah, pegawai rumah tangga dan karyawan organisasi nirlaba) naik 178.000 pada November, dan tingkat pengangguran turun menjadi 4,6 persen, tingkat terendah dalam sembilan tahun, Departemen Tenaga Kerja mengumumkan pada Jumat.

        Namun laporan itu tidak seluruhnya positif. Departemen Tenaga Kerja merevisi naik penambahan lapangan pekerjaan pada September menjadi 208.000, tapi merevisi turun kenaikan pada Oktober. Peningkatan lapangan pekerjaan gabungan dalam dua bulan ini mencapai 2.000, lebih rendah daripada yang dilaporkan sebelumnya.

        Selain itu, rata-rata penghasilan per jam untuk semua pegawai menurun tiga sen menjadi 25,89 dolar AS, menyusul kenaikan 11 sen pada Oktober. Para analis mengatakan data NFP kuat tapi tidak spektakuler, mendukung spekulasi pasar untuk kenaikan suku bunga pada Desember, tetapi mendorong keraguan tentang jalan kenaikan suku bunga pada 2017.

        Selama tingkat pengangguran stabil di atau dekat 5,0 persen, peserta Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC) merasa puas untuk mengatakan ekonomi berada di atau dekat lapangan kerja penuh, kata Chris Low, kepala ekonom di FTN Financial.

        "Sekarang, dengan tingkat pengangguran 4,6 persen, 'hawkish' cenderung mulai memperingatkan terhadap ekonomi terlalu panas (overheating)," tambahnya.

        Federal Reserve AS akan mengadakan pertemuan kebijakan berikutnya, juga terakhir tahun ini, pada 13-14 Desember. Investor secara luas memperkirakan Fed akan menggeser suku bunganya dalam pertemuan Desember. Menurut alat FedWatch CME Group pada Jumat, ekspektasi pasar untuk kenaikan suku bunga Desember adalah 97,2 persen. Investor juga terus memantau referendum di Italia, yang dijadwalkan pada Minggu (4/12).

        Dengan plebisit ini, Perdana Menteri Italia Matteo Renzi ingin mengubah konstitusi sehingga badan eksekutif hanya membutuhkan persetujuan dari majelis rendah parlemen untuk mengesahkan undang-undang, menurut CNBC.

        Untuk pekan ini, indeks saham-saham unggulan Dow naik tipis 0,1 persen, dan indeks yang lebih luas S&P 500 merosot 1,0 persen, sedangkan indeks komposit Nasdaq anjlok 2,7 persen.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: