Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Global Connections
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Catatan Akhir Tahun: Petualangan Dimas Kanjeng (3/3)

        Catatan Akhir Tahun: Petualangan Dimas Kanjeng (3/3) Kredit Foto: Sufri Yuliardi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Fenomena Taat Pribadi disoroti psikolog Dr MG Bagus Ani Putra dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya. Ahli psikologi sosial dari Unair Surabaya itu menilai kondisi masyarakat yang mengalami "materialistic value oriented" (MVO) atau menghargai materi secara berlebihan itulah yang menyuburkan fenomena Dimas Kanjeng.

        "Itu sebenarnya bukan fenomena baru, namun MVO itu terjadi sejak era industrialisasi atau sekitar tahun 1970-an," ucap dosen Fakultas Psikologi Unair tersebut (9/10). Menurutnya, MVO (nilai-nilai materialistik) itu telah menggerus nilai-nilai sosial yang telah lama ada di masyarakat. Nilai sosial itu digantikan menjadi nilai materi sebagai ukuran, karena itu fenomena Dimas Kanjeng pun terjadi terus-menerus, meski tidak pernah ada yang terbukti, seperti Uang Logam Bung Karno, Uang Brazil, Peti Nyai Roro Kidul, dan semacamnya.

        Apalagi, Dimas Kanjeng Taat Pribadi itu menggunakan "mahar" yang sesungguhnya aneh dibandingkan dengan fenomena yang sama sebelumnya. Anehnya, belum pernah ada bukti dan memakai 'mahar' itu tetap saja membutakan masyarakat yang mengalami MVO. Untuk "keluar" dari serangkaian "kebodohan" dengan fenomena MVO itu, Bagus menawarkan solusi berupa masyarakat seharusnya memberikan "social punishment" (sanksi sosial), seperti dikucilkan.

        "Bukan seperti sekarang yang justru dimaklumi, karena keberadaan Padepokan Dimas Kanjeng yang dimanfaatkan membuka kantin, lahan parkir, menjadi (oknum) petugas pengaman, dan sebagainya, sehingga Dimas Kanjeng merasa benar dan berterima oleh masyarakat," kilahnya.

        Secara tidak sengaja, sikap berterima dari masyarakat itu justru menjadi legitimasi bagi Dimas Kanjeng, sehingga dia dapat memiliki tiga modal yakni informational power, media sosial, dan kredibilitas internal-eksternal. Modal informational power atau kekuatan informasi adalah informasi yang beredar dari pengikut kepada masyarakat, seperti dia memiliki kehebatan ini-itu, lalu media sosial juga mempromosikan, seperti Youtube.

        Modal lain, Dimas Kanjeng juga memiliki kredibilitas internal, seperti jubah, celak, berwajah Arab, dan sebagainya, lalu dia juga memiliki kredibilitas eksternal antara lain memajang foto bersama tokoh seperti Dahlan Iskan, Marwah Daud, Jokowi, dan sebagainya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Editor: Ferry Hidayat

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: