Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Panjaitan mengatakan proyek kereta semi cepat Jakarta-Surabaya diharapkan tidak membebani anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN).
Oleh karena itu pemerintah mendalami kemungkinan bentuk kerja sama pemerintah swasta (public private partnership/PPP) dalam proyek yang dikerjakan bersama Jepang itu.
"Kami sudah mendiskusikan dengan Bappenas tentang alternatif ini (PPP). Bisa saja kita mengundang sektor swasta untuk bersama-sama membiayai proyek ini, dan kami akan membicarakan hal ini kembali sebelum saya berangkat ke Jepang minggu depan," kata Luhut dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (15/12/2016).
Luhut sendiri rencananya akan berangkat ke Jepang pada Senin (19/12) malam. Dalam kunjungannya itu akan dibahas kerja sama antara Japan International Cooperation Agency (JICA) dengan Kementerian Perhubungan dalam rangka pembuatan studi kelayakan.
"Pemerintah Jepang, lewat JICA, akan memberikan grant untuk membiayai studi tersebut," ujarnya.
Luhut menuturkan skema kerja sama pemerintah dan swasta bisa menjadi alternatif pembiayaan proyek tersebut karena mulai tahun depan pemerintah akan menggunakan sebagian besar dananya untuk pembangunan di daerah-daerah terpencil dan di luar Pulau Jawa.
"Kalau dibebankan kepada pemerintah, (proyek) ini akan menambah utang pemerintah. Menjadi beban APBN. Kebijakan pemerintah saat ini, tidak ingin menggunakan terlalu banyak dana pemerintah di Jawa. Kami akan menggunakannya untuk pembangunan di luar Jawa dalam rangka pemerataan pembangunan," katanya.
Namun, ia mengatakan proyek tersebut tidak akan sepenuhnya diserahkan kepada sektor swasta karena jalur rel dan lahannya masih menjadi aset pemerintah.
"Karena rel keretanya itu milik pemerintah, kami tidak mau melanggar aturan. Jadi 'business to business'," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi mengatakan meski belum sampai pada keputusan final, ia memastikan pemerintah akan tetap memiliki aset dalam proyek tersebut.
Pasalnya, proyek tersebut akan tetap menggunakan jalur eksisting.
"Nanti yang tidak melekat baru bisa dikerjakan dengan skema 'business to business' (B to B)," katanya.
Ada pun PT Kereta Api Indonesia (Persero) nantinya akan didorong untuk menjadi salah satu pengelolanya. (Ant)
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Sucipto
Tag Terkait: