China Peringatkan Trump Konsekuensi Akhiri Kebijakan 'Satu China'
Beijing memperingatkan pemerintahan AS yang baru, bahwa setiap upaya untuk menentang kebijakan 'Satu China' dapat mempengaruhi perdamaian di Selat Taiwan. Selain itu, segala bentuk interferensi juga dapat merusak hubungan AS-China yang tengah berkembang, kata seorang juru bicara.
Di bawah kebijakan 'Satu China', AS memiliki hubungan resmi dengan China ketimbang Taiwan, yang dianggap menginginkan kemerdekaan dari China.
Namun, Presiden AS terpilih Donald Trump menyataan keraguannya untuk terus melanjutkan kebijakan tersebut.
Trump telah memicu kemarahan China setelah ia menerima panggilan telepon dari Presiden Taiwan, Tsai Ing-wen. Pembicaraan Trump dan Tsai membuat Beijing menyampaikan protes resmi kepada pemerintah AS.
Pada hari Senin, China mengatakan pihaknya "sangat prihatin" dengan komentar Trump, dan mendesak sensitivitas mengenai masalah ini.
Namun, juru bicara Kantor Urusan Taiwan dari Pemerintah China, An Fengshan, pada Rabu memperingatkan konsekuensi yang lebih serius.
"Menjunjung tinggi prinsip Satu China adalah dasar politik atas hubungan AS-China yang tengah berkembang, dan merupaan landasan perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan," kata An Fengshan, seperti dikutip dari laman?BBCdi Jakarta, Jumat (16/12/2016).
"Jika dasar ini terganggu atau rusak, maka hubungan China-AS yang sehat dan stabil akan berakhir, selain itu perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan juga akan berdampak serius," tambahnya.
Sebelumnya, Trump mengindikasikan kemungkinan untuk mengakhiri kebijakan 'satu China' yang telah diberlakukan AS sejak 1979.
Hal itu telah memicu kemarahan dari media pemerintah China. Sebuah editorial surat kabar pemerintah China, Global Times, menyoroti Trump secara langsung.
Tajuk rencana tersebut berjudul, 'Tuan Trump mohon dengarkan baik-baik: Kebijakan Satu China tidak bisa diperdagangkan', yang isinya menggambarkan gagasan Trump sebagai "aksi yang sangat kekanak-kanakan" dan dia "perlu belajar tentang diplomasi dengan rendah hati".
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Editor: Rahmat Patutie
Tag Terkait: