Inflasi IHK bulan Desember 2016 tercatat sebesar 0,42% (mtm), lebih rendah dari bulan lalu yang sebesar 0,47% (mtm). Dengan demikian, inflasi IHK secara keseluruhan tahun 2016 mencapai 3,02% (yoy) dan berada pada batas bawah kisaran sasaran inflasi Bank Indonesia (BI), yaitu sebesar 4?1% (yoy).
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi BI Tirta Segara mengatakan, inflasi tersebut terutama disumbang oleh komponen administered prices dan volatile food. Pada bulan Desember 2016, inflasi administered prices mencapai 0,97% (mtm), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang sebesar 0,13% (mtm).
"Perkembangan tersebut terutama didorong oleh kenaikan tarif angkutan udara dan tarif kereta api sejalan dengan musim liburan dan penyesuaian pada tarif listrik serta bensin non subsidi," ujar dia di Jakarta, Selasa (3/1/2017).
Selain itu, tekanan inflasi administered prices juga didorong oleh kenaikan tarif rokok kretek filter. Untuk keseluruhan tahun, komponen administered prices mencatat inflasi rendah sebesar 0,21% (yoy), ditopang oleh menurunnya harga energi dunia di tengah reformasi subsidi berupa penyesuaian harga BBM dan tarif listrik.
Sementara inflasi volatile food pada bulan Desember 2016 tercatat sebesar 0,47% (mtm), turun dari bulan sebelumnya yang sebesar 1,84% (mtm). Inflasi komponen ini terutama bersumber dari komoditas telur ayam ras, cabai rawit, daging ayam ras, beras, dan bawang putih.
"Untuk keseluruhan tahun 2016, inflasi volatile food mencapai 5,92% (yoy), cukup rendah di tengah terjadinya gejala La Nina. Cukup rendahnya inflasi volatile food didukung oleh terjaganya pasokan bahan pangan, Operasi Pasar yang dilakukan BULOG dan semakin kuatnya koordinasi Pemerintah dan Bank Indonesia, antara lain melalui TPI dan TPID, dalam mendorong peningkatan produksi dan memperbaiki distribusi," ungkap Tirta.
Dengan kondisi tersebut, inflasi inti tetap terkendali pada level yang rendah, baik secara bulanan maupun tahunan, yaitu masing masing sebesar 0,23% (mtm) dan 3,07% (yoy). Rendahnya inflasi inti tersebut didorong oleh masih terbatasnya permintaan domestik, lemahnya tekanan eksternal, dan membaiknya ekspektasi inflasi.
"Hal tersebut tidak terlepas dari konsistensi kebijakan Bank Indonesia dalam menjaga stabilitas nilai tukar dan mengarahkan ekspektasi inflasi," paparnya.
Ke depan, inflasi diperkirakan berada pada sasaran inflasi 2017, yaitu 4?1%. Koordinasi kebijakan Pemerintah dan BI dalam mengendalikan inflasi perlu terus diperkuat, terutama terkait dengan kemungkinan penyesuaian harga beberapa komoditas di kelompok administered prices.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Fajar Sulaiman
Editor: Vicky Fadil
Tag Terkait: