CEO Starbucks Corp Howard Schultz merespons kebijakan anti-imigran Trump dengan mengatakan perusahaan berencana untuk memperkerjakan 10.000 pengungsi selama tujuh tahun di 75 negara.
Menurut Trump, kebijakan terbaru itu ditujukan untuk melindungi warga Amerika dari serangan teroris, kendati tetap menuai kecaman keras dari dunia internasional terutama pegiat HAM. Perintah eksekutif presiden tersebut berisi penghentian sementara program pengungsi di Amerika Serikat selama 90 hari termasuk wisawatan dari tujuh negara seperti Iran, Irak, Lybia, Somalia, Sudan, Suriah, dan Yaman.
Mengutip Channel News Asia, Senin (30/1/2017), Starbuck melaporkan perusahaan akan melakukan segala kemungkinan untuk mendukung pekerja yang terkena dampak kebijakan Trump.
Schultz telah berbicara terang-terangan terkait berbagai isu yang membuat Starbucks mendapat sorotan publik termasuk meminta kepada konsumen untuk tidak membawa senjata ke dalam gerai Starbucks dan membangun percakapan antar-ras.
Dia mengatakan jika "UU Perawatan Terjangkau" dicabut dan pekerja kehilangan jaminan kesehatan maka mereka bisa menggunakan jaminan kesehatan melalui Starbucks. Seperti diketahui, Trump dan pihak legislatif dari Republik sedang berusaha untuk menghapus "UU Perawatan Terjangkau" atau lebih dikenal dengan Obamacare.
Schultz akan mengundurkan diri dalam beberapa bulan ke depan dan fokus pada ekspansi bisnis dengan menambahkan toko-toko baru. Pekerjaannya akan digantikan oleh Chief Operating Officer Kevin Jhonson -seorang eksekutif teknologi- pada April mendatang.
Schultz juga telah memeberikan komitmen untuk tetap melakukan perdagangan dengan Meksiko meski Trump terus-menerus mengamuk terkait perbatasan.
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Gregor Samsa
Editor: Cahyo Prayogo