Aravind Eye Care Hospital (AECH) adalah rumah sakit mata yang didirikan oleh Dr. Govindappa Venkataswamy atau lebih dikenal dengan Dr. V. Rumah sakit tersebut didirikan pada tahun 1976 di Kota Madurai, India. Berawal dari sebuah klinik kecil rumahan dengan 11 tempat tidur, AECH berkembang menjadi jaringan rumah sakit mata yang telah melayani hampir 32 juta pasien selama 36 tahun dan telah melakukan 4 juta operasi mata. Dua pertiga dari jumlah operasi tersebut diberikan dengan biaya yang sangat murah atau bahkan gratis. Setiap satu pasien yang mampu membayar menyubsidi dua pasien tidak mampu di AECH.
Model AECH ini telah mendapatkan pengakuan dunia dan menjadi subjek dari berbagai studi kasus. AECH tidak hanya memberikan pelayanan jasa rumah sakit, tetapi juga berkembang menjadi institusi pendidikan dan pelatihan paramedis di bidang kesehatan mata dan pemberantasan kebutaan, pusat penelitian dan pengembangan, community outreach, pusat produksi kebutuhan operasi mata, serta bank mata.
Asal-muasal pembentukan AECH bermula dari maraknya penyakit kebutaan di India yang sebenarnya dapat dihindari. Ketika itu angka kebutaan penduduk India semakin meningkat dari tahun ke tahun. Pemerintah sebuah negara berkembang seperti India tidak mampu memenuhi kebutuhan kesehatan penduduknya karena pertumbuhan populasi, keterbatasan infrastruktur, pendapatan per kapita yang rendah, populasi yang menua, penyakit endemik, dan tingginya angka penduduk buta huruf.
Melihat keadaan tersebut Dr. V ingin membentuk sebuah model alternatif dari pelayanan kesehatan yang dapat mendukung usaha pemerintah dalam mengurangi angka kebutaan yang dapat dihindari, tapi mampu membiayai kegiatannya sendiri. Visi Dr. V adalah membentuk sebuah "waralaba" rumah sakit mata yang beroperasi dengan efektivitas dan efisiensi seperti restoran cepat saji McDonalds. Kenapa McDonalds? Hal ini karena McDonalds menggunakan model operasional yang menurut Dr. V sederhana. McDonalds menjunjung tinggi optimalisasi biaya melalui prosedur kerja yang dibuat terstandar dengan rincian spesialisasi tugas yang sangat baik dan dikerjakan dalam volume besar. Dengan cara itu, McDonalds dapat melatih orang-orang dari seluruh belahan dunia yang memiliki latar belakang ras, pendidikan, dan budaya berbeda-beda untuk memproduksi barang yang sama dengan cara yang sama.
Untuk mewujudkan mimpi dan visi tersebut, saat memasuki masa pensiunnya di usia 58 tahun pada tahun 1976, Dr. V membentuk GOVEL Trust yang menjadi modal awal AECH. GOVEL Trust dibentuk dengan tujuan nonprofit, beranggotakan Dr. V sebagai ketua dan empat saudara Dr. V beserta pasangan mereka. Namun, sebagian besar bank menolak meminjamkan uang karena pertimbangan umur dan model usaha yang eksentrik. Akhirnya, Dr. V memutuskan untuk membuka AECH di rumah saudara laki-lakinya. Kala itu AECH memiliki 11 tempat tidur. Enam tempat tidur untuk pasien yang tidak mampu dan lima untuk pasien yang membayar. Dr. V bahkan menggadaikan semua perhiasan keluarganya untuk mendapatkan dana awal rumah sakit.
Sejak awal pendiriannya, anggota keluarga Dr. V memainkan peran penting dan vital dalam pertumbuhan dan kesuksesan AECH. Adik perempuannya, Dr. G. Natchiar dan suaminya Dr. Nam, juga semua dokter spesialis mata yang bekerja di rumah sakit pemerintah di Madurai ikut berkontribusi dalam pengembangan rumah sakit tersebut. Seiring waktu, anggota keluarga Dr. V yang lain juga ikut bergabung sesuai dengan kapasitas mereka masing-masing. Banyak dari mereka yang turut memegang kepemimpinan di dalam AECH.
Sekitar sembilan tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1985, AECH telah membangun beberapa rumah sakit dengan kapasitas 100 tempat tidur di Theni, 400 tempat tidur di Tirunelveli, 874 tempat tidur di Coimbatore, 750 tempat tidur di Pondicherry, serta 150 tempat tidur di Salem, Dindigul, dan Tirupur. Rumah sakit menyediakan pelayanan berkualitas tinggi dan terjangkau untuk pasien kaya dan miskin, serta mampu membiayai kegiatannya secara mandiri. Setiap rumah sakit AECH memiliki peralatan spesialis lengkap dengan fasilitas pendukung yang komprehensif. Pada akhir bulan Maret 2013 AECH telah melayani lebih dari 3,1 juta pasien dan telah melakukan lebih dari 370.000 operasi mata.
Untuk menjangkau masyarakat perdesaan di Tamil Nadu, AECH mengirimkan tenaga paramedisnya ke kampung-kampung guna melakukan screening pasien di semacam klinik mata yang mereka sebut Eye Camp. Hal ini merupakan strategi AECH untuk "menjemput pasien". Pasien yang membutuhkan operasi akan dibawa ke rumah sakit. Di sana mereka akan disediakan makanan, tempat menginap, perawatan, dan transportasi untuk kembali ke kampung masing-masing. Pada akhir bulan Maret 2013, AECH telah membentuk 2.841 Eye Camp dengan 554.413 pasien melewati proses screening dan 90.547 pasien menjalani prosedur operasi. Selain memberikan pelayanan perawatan mata, Eye Camp juga mengedukasi masyarakat seputar perawatan mata. Hingga saat ini AECH telah melaksanakan beberapa program perawatan mata yang komprehensif.
AECH mampu memberikan pelayanan berkualitas tinggi kepada sedemikian banyak pasien dalam sehari karena perhatiannya pada proses dan metode yang inovatif untuk meningkatkan efisiensi. Contohnya, para dokter di AECH berdiri di antara dua meja operasi. Ketika mereka selesai dengan satu operasi, mereka cukup memutar badan ke pasien lain yang sudah dipersiapkan untuk operasi. Dengan cara ini AECH mampu menghemat jeda waktu yang berharga antara dua operasi sehingga para dokter bedahnya menjadi sangat produktif. Hal tersebut juga menekan biaya rata-rata operasi.
Dokter bedah AECH rata-rata melakukan 2.000 operasi dalam setahun, padahal rata-rata tingkat nasional hanya 400. Meskipun melakukan operasi dalam jumlah besar, bukan berarti AECH menurunkan kualitas pelayanan mereka. Hal ini terbukti dari jumlah kasus komplikasi pascaoperasi di AECH yang hanya setengah dari jumlah komplikasi operasi yang terjadi di Inggris. Dengan jumlah operasi yang begitu banyak, para dokter bedah di AECH menjadi sangat terampil dalam menjalankan tugas mereka seiring dengan banyaknya pengalaman mereka dalam menjalankan operasi mata.
Hal lain yang menyebabkan AECH mampu menekan biaya operasi mata adalah karena AECH memproduksi sendiri lensa intraokular yang digunakan dalam operasi. Dengan bantuan dari David Green, seorang pengusaha dari Amerika Serikat, AECH membentuk Aurolab yang menjadi pusat produksi lensa yang berorientasi nonprofit. Saat ini Aurolab memegang sertifikasi ISO 9002 dan memproduksi hampir 700.000 lensa setiap tahunnya, mengekspor lensa ke 90 negara, dan menguasai 10% pangsa pasar lensa dunia dengan harga US$8; hanya sekitar seperduapuluh dari harga lensa yang diproduksi di negara-negara Barat.
Tenaga paramedis dianggap sebagai tulang punggung dalam sistem AECH. Sejak tahun 1976, perempuan-perempuan muda direkrut dari kampung-kampung sekitar Madurai dan dilatih untuk melakukan refraction testing, tugas-tugas keperawatan, konseling, dan house-keeping. Paramedis AECH sangat menghargai para pasien dan bersedia melakukan pekerjaan apa pun bagi pasien. Setiap dokter bedah di AECH dibantu olehcparamedis yang andal sehingga mengoptimalkan waktu dan skill dokter tersebut. Hal ini juga menyebabkan produktivitas dokter bedah di AECH sangat tinggi. Dokter tidak dibayar lebih tinggi karena melakukan lebih banyak operasi. Namun, hal ini banyak membantu institusi pendidikan AECH karena semakin banyak pasien yang mereka tangani, semakin baik pelatihan bagi tenaga medis mereka.
Setelah Dr. V meninggal pada tahun 2006, kepemimpinan AECH dilanjutkan oleh adiknya, Dr. Natchiar dan suaminya Dr. Nam, dengan bantuan tim dokter, paramedis, dan relawan AECH. Mereka bekerja secara efisien dan memiliki sense of ownership yang tinggi terhadap lembaga AECH serta pada visi dan cita-cita Dr. V: "To see all as one, to give sight to all". Visi inilah yang menjadi bahan bakar atau driving force bagi mereka untuk terus berkarya di AECH. Semua aktivitas yang dikerjakan setiap hari dalam membantu pasien memberikan kepuasan di dalam hati dan memberikan makna pada hidup yang nilainya tidak terukur dengan uang.
"By the end of the day, when you help others you are actually helping yourself! Intelligence and capability are not enough. There must also be the joy of doing something beautiful. Being of service to God and humanity means going well beyond the sophistication of the best technology, to the humble demonstration of courtesy and compassion to each patient," Dr. V.
Sumber: Buku?Berani Jadi Wirausaha Sosial?
Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.
Penulis: Ning Rahayu
Editor: Cahyo Prayogo
Tag Terkait: