Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Ulil: Ahok Nggak Usah Niru-Niru Gus Dur

        Ulil: Ahok Nggak Usah Niru-Niru Gus Dur Kredit Foto: Pool/Eko Siswono/Warta Ekonomi
        Warta Ekonomi, Jakarta -

        Intelektual Muslim yang juga politisi Partai Demokrat Ulil Abshar Abdalla menilai Ahok sangat berbahaya bagi hubungan antar umat agama di Indonesia. Meskipun dia mengakui bahwa mantan Bupati Belitung Timur itu tidak melakukan penistaan agama terkait kutipan Surat Al Maidah.

        Akan tetapi arogansi dan ketidakpekaan Ahok dalam merawat hubungan antar umat beragama justru bisa merusak hubungan baik kehidupan umat beragama. Ditambah lagi, kata Ulil, Ahok telah melakukan kesalahan yang fatal untuk kedua kalinya dengan menyerang Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin. Ulil menilai Ahok terlalu arogan dan egonya terlalu besar, hingga melupakan kebhinekaan yang sudah lama tertanam di Indonesia. Lewat akun twitternya, @ulil, mantan Ketua Lakpesdam NU ini mencuit sikapnya menanggapi polemik Ahok vs KH Ma'ruf Amin. Dan berikut isi kicauan Ulil:

        Sekarang saya akan twit soal Ahok. Saya tak pernah ngetwit soal pribadi Ahok selama ini, sampai soal Kiai Maruf ini muncul.

        Selama ini twit2 saya paling hanya mengkritik Jokowi atau mempromosikan AHY. Tapi mengkritik Ahok, nyaris ndak pernah.

        Tetapi gara2 kasus Kiai Maruf ini, terpaksa saya bicara terus-terang soal Ahok. Terpaksa, karena kondisi "force majeur". Tadi siang saya ngetwit bhw Ahok ini "too dangerous to our social fabric." Saya serius dg twit itu. Tidak main2.


        Sejak awal hingga sekarang, sikap saya jelas, tanpa tedeng aling2: saya tak anggap Ahok melecehkan agama. Ini sikap saya.

        Tapi bkn berarti Ahok tak lakukan kesalahan. Dia lakukan blunder politik yg bodoh dg pernyataan2nya yg kurang perlu soal Al Maidah dulu.

        Sekarang Ahok melakukan blunder lg dg memproduksi kesalahan yg bikin marah segmen umat yg penting, yaitu NU.

        Saya tahu tak semua warga NU marah dg perlakuan Ahok atas Kiai Maruf. Tapi yg marah, harus diakui, banyak jg. Jangan "denial" dong.

        Kalau pengurus pusat GP Ansor mengeluarkan pernyataan keras untuk bela Kiai Maruf, ini sudah "wake up call". Ahok "crossing the line".

        Blunder2 Ahok ini menegaskan satu hal: dia tak sensitif terhadap konteks sosial. Insensitivitas dia bisa bahayakan huhungan2 keumatan.

        Merawat harmoni sosial itu susah. Dan tampaknya Ahok "took this too lightly". Dia hanya mau jalan dg ego dan arogansinya sendiri.

        Ahok "complain" karena diperlakukan tak adil oleh FPI. Fair enough. Ini komplain yg "justified". Saya jg bukan pendukung FPI.

        Tp yg saya sayangkan: jika Ahok tahu berhadapan dg kelompok spt FPI, kenapa dia bikin pernyataan2 yg justru bisa "membunuh"-nya sendiri?

        Sekarang Ahok tak saja membuka front dg FPI, tetapi dg umat NU. Maunya apa orang ini? Mau merusak hubungan sosial dan keumatan?

        Kalau Anda seorang pemikir bebas di kampus, boleh lah bikin statemen yg kontroversial soal agama. Tapi kalau pejabat publik kayak Ahok?

        Ahok jangan niru2 Gus Dur, ikut2an mau bikin statemen yg kontroversial soal agama. Ndak maqam-nya. Harus tahu diri.

        Kalau anda pejabat publik, anda harus hati2 ketika berhadapan dg isu2 sosial yg potensial membangkitkan kemarahan orang banyak.

        Kalau anda sembrono sbg pejabat publik dg berceloteh seenaknya, ya anda harus siap menghadapi resikonya. Jangan salahkan umat/rakyat.

        Membela Ahok dg argumen pluralisme dan kebhinnekaan dlm situasi dan konteks spt ini, jelas "completely misplaced"!

        Saya justru berpendapat, Ahok tampaknya tak peduli dg kebhinnekaan. Dia hanya peduli dg egonya sendiri.

        Jika Ahok peduli dg kebhinnekaan, dia tak akan berlaku kasar pada Kiai Maruf. Sbb ini potensial bikin marah warga nahdliyyin.

        NU itu ormas yg selama ini paling "friendly" pada Ahok. Nahdliyyin yg dukung Ahok jg banyak. Kok bisa Ahok berlaku kasar pada tokohnya?

        Insentisitivitas Ahok pada konteks sosial sudah sampai pada derajat yg "intolerable". We cannot afford having him as governor anymore!

        Membiarkan Ahok pada posisi publik yg penting spt gubernur jelas tak bisa dibenarkan. Membahayakan kehidupan sosial.

        Tak pernah saya seterus terang ini. Tapi saya harus mengatakannya:

        Sikap2 sosial Ahok sama sekali tak kondusif dan "kompatibel" dg tujuan bersama untuk merawat harmoni sosial. Sekian.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Ferry Hidayat
        Editor: Sucipto

        Bagikan Artikel: