Menu
News
EkBis
New Economy
Kabar Finansial
Sport & Lifestyle
Kabar Sawit
Video
    Indeks
      About Us
        Social Media

        Harga Cabai di Makassar Kembali Melejit di Atas Rp100 Ribu Per Kilogram

        Harga Cabai di Makassar Kembali Melejit di Atas Rp100 Ribu Per Kilogram Kredit Foto: Tri Yari Kurniawan
        Warta Ekonomi, Makassar -

        Harga cabai di pasar-pasar tradisional lingkup Kota Makassar kembali melejit di atas Rp100 ribu per kilogram. Padahal, normalnya harga cabai di Makassar berkisar Rp30-45 ribu. Namun, seiring puncak musim hujan sejak Desember 2016, harga komoditas tersebut merangkak naik. Kenaikan harga cabai diketahui turut mempengaruhi kenaikan inflasi Sulsel.

        Salah seorang pedagang di Pasar Terong, Sinar (35), mengatakan harga cabai sejak awal 2017 memang cukup fluktuatif. Saat ini, harganya berkisar Rp100-120 per kilogram. Kenaikan harga secara signifikan terjadi sejak Januari 2017, meski sempat turun pada Februari 2017. "Harganya berubah-ubah bergantung stok dan pasokan," kata dia, Jumat, 9 Maret.

        Menurut Sinar, melambungnya harga cabai berimbas pada menurunnya daya beli masyarakat. Ia pun sengaja mengurangi pembelian dari pengumpul lantaran khawatir cabainya busuk. Bila biasanya memborong 5 kilogram cabai, kini pihaknya hanya membeli sekitar 2 kilogram. Itu pun, lanjut Sinar, cabai tersebut sulit untuk laku dalam sehari.

        Sinar menjelaskan kenaikan harga cabai itu disebabkan pasokan dari daerah-daerah penghasil cabai yang semakin berkurang. Di antaranya yakni Kabupaten Gowa, Kabupaten Jeneponto dan Kabupaten Bantaeng. Minimnya pasokan cabai dipicu cuaca buruk yang membuat tanaman cabai milik petani gagal panen. "Kalau begini terus, pembeli berpikir untuk membeli," kata dia.

        Mahalnya harga cabai juga terjadi di Pasar Pabaeng-baeng. Bahkan, di pasar tradisional tersebut, cabai dibanderol berkisar Rp120-140 ribu per kilogram. Lebih mahalnya harga cabai di Pasar Pabaeng disebabkan pasokannya berasal dari pedagang besar di Pasar Terong maupun Pasar Sungguminasa. "Kami kan juga mau untung meski sedikit," ucap salah seorang pedagang, Dita (32).

        Menurut Dita, mahalnya harga cabai selain karena faktor cuaca yang mengakibatkan pasokan berkurang juga dipicu panjangnya rantai pasok. Paling tidak ada lima rantai pasok cabai hingga sampai ke pembeli. Mulai dari petani, pengumpul petani, pengumpul pasar, pedagang besar sampai pedagang akhir. Kendati demikian, ditegaskan Dita, pihaknya tidak pernah mengambil keuntungan besar dari naiknya harga cabai.

        Kepala Kantor Perwakilan Daerah Komisi Pengawas Persaingan Usaha (KPPU) Makassar Ramli Simanjuntak menyatakan para petani tidak memperoleh keuntungan besar atas kenaikan harga cabai. Diduga, kenaikan harga itu hanya dinikmati pedagang pengumpul. Saat ini, KPPU sedang mendalami dugaan praktik kartel cabai.

        "Petani tidak menikmati kenaikan harga cabai. Mereka jual seperti biasa, meski ada sedikit selisih (harga) yang diperoleh, khususnya untuk cabai hijau. Terkadang, mereka ditakut-takuti oleh pedagang pengumpul untuk segera menjual karena katanya harga cabai bisa anjlok," pungkasnya.

        Mau Berita Terbaru Lainnya dari Warta Ekonomi? Yuk Follow Kami di Google News dengan Klik Simbol Bintang.

        Penulis: Tri Yari Kurniawan
        Editor: Cahyo Prayogo

        Tag Terkait:

        Bagikan Artikel: